Cerita Sex Awalnya Takut Part II

Cerita Sex Awalnya Takut Part II

Cerita Sex Awalnya Takut Part II

Comments Off on Cerita Sex Awalnya Takut Part II

 Aku tidak bisa menolaknya, aku terlentang sambil memperhatikan Retha. Dia bergeser mendekati diriku. Sepasang bukit dadanya ikut bergoyang, pemandangan yang menakjubkan sekali.

Aku tidak memperhatikan tangannya sampai ketika jari-jarinya mengelus batang kontolku dengan lembut.”Oh besar sekali, keras, tapi kulitnya lembut sekali.” kata Retha sambil tangannya menjelajahi seluruh bagian kontolku, meremas dan mengusap-usapnya dengan lembut.

“Ouchh!” erangku. Sepertinga tubuhku melambung tinggi…

“Benar-benar luar biasa,” desis Retha benar-benar terpesona menyaksikan kontolku yang tegang kukuh dan keras. Kurasakan jari-jari Retha mengocok-kocok batang kontolku naik turun dengan penuh gairah. Aku tidak pernah melihat kontolku menjadi sebesar itu, sepertinya kontolku telah mengembang secara maximum. Mataku tertutup rapat-rapat… Mulutku mendesah-desah tanpa dapat kukendalikan lagi,

“Ooohhh… Aaahhh…” aku benar-benar tidak pernah merasakan senikmat ini.

“Kau senang aku beginikan?” bisik Retha dengan suara genit.

Gerakan tangannya naik-turun semakin cepat sampai pinggulku terangkat-angkat menahan nikmat dan geli luar biasa. Akhirnya aku tak dapat menahan lagi, dengan diiringi teriakkan nyaringku, spermaku meledak dan menyembur kuat keudara beberapa kali. Inilah untuk pertama kalinya aku mengalami orgasme.

Retha juga berteriak tertahan dan meloncat menjauhiku, gadis ini benar-benar terkejut melihat spermaku yang begitu dasyat menyembur keudara dan sebagian jatuh menimpa tangan, paha dan dadanya.

Beberapa saat aku terkulai lemas. Sepertinya aku sempat tak sadar beberapa detik. Begitu pula Retha, gadis ini terbengong-bengong melihat kejadian yang benar-benar tak pernah terbayangkan olehnya.

“Apa… Apa yang terjadi??” kata Retha terbata-bata.

“A… A… Aku tidak tahu. Aku tidak pernah mengalami seperti ini sebelumnya.” kataku tergagap-gagap.

Setelah berpikir beberapa saat Retha berkata pelan.

“Aku tahu. Kau mengalami orgasme.” katanya sambil mengusap-usap cairan kental spermaku yang berhamburan kemana-mana.

“Ini adalah sperma. Tapi aku benar-benar tidak menduga proses keluarnya begitu luar biasa.”

“Yeah, memang sangat luar biasa. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sulit kugambarkan.” kataku.

Retha tertawa genit.

“Itu karena aku! Aku yang membuatmu sampai orgasme! Tadinya aku khawatir, kau mengerang-erang seperti kesakitan.”

“Yeah. Benar-benar luar biasa. Jari-jari tanganmu juga luar biasa” kataku sambil melihat tubuh moleknya yang telanjang bulat. Dan akupun tak ingin membuang tempo lagi.

“Hey. Sekarang gantian aku!! Cepat kamu berbaring” kataku.

“Tapi… Tapi kau pelan-pelan ya??” kata Retha.”Aku takut.”

“OK, jangan khawatir, aku tak akan menyakitimu.”

Ya Tuhan, inilah hari bersejarahku sebagai seorang laki-laki. Dihadapanku berbaring terlentang sesosok tubuh gadis yang luar biasa cantiknya telanjang bulat. Mataku benar-benar termanjakan dengan pemandangan yang benar-benar menakjubkan.

Pelahan-lahan kuusap cairan spermaku yang menempel di bukit kecil di dada Retha. Tanganku sampai gemetaran meraba kulit kenyal dan halus di sepasang bukit indah itu. Puttingnya yang kecil jadi mengeras ketika tanganku mengelus-elusnya.

Apalagi ketika putting itu kepegang dan kupilin-pilin lembut, Retha mengerang lembut. Hatiku sampai berdesir mendengar erangan aneh itu. Sepertinya mengandung kekuatan magis yang membangkitkan kembali gairahku.

Kuturunkan tanganku menelusuri perutnya kebawah sampai daerah pangkal pahanya. Kuusap-usap rambut halus pirang disana. Rambut yang panjangnya sekitar 1/4 inci itu sangat lembut. Aku tidak menduga didaerah itu bisa tumbuh rambut. Ujung jariku kususupkan ke celah-celah yang membelah vertikal gundukan kecil di pangkal pahanya. Daerah itu ternyata basah oleh cairan lendir.

“Buka lagi pahamu, aku tidak bisa melihat apa-apa disini.”

Ketika Retha membuka lagi pahanya, tampaklah celah-celah yang berwarna pink yang mengkilat basah oleh cairan lendir.

“Wow!!!…”

Benar-benar pemandangan yang luar biasa, aku tidak pernah membayangkan seperti itu bentuk memek seorang gadis. Kudekatkan wajahku agar bisa melihat lebih jelas daerah misterius yang sudah lama ingin kulihat. Kucium aroma khas yang segar dan juga cukup harum.

Kukita Retha sangat rajin membersihkan daerah itu. Tapi kembali aku tak bisa melihat apa-apa selain celah vertikal yang tertutup. Dengan hati-hati kususupkan jari-jariku kebibir vertikal yang cukup tebal itu, kurasakan kebasahan dan kehangatan didaerah itu.

Pinggul Retha terjungkit-jungkit setiap kali kugosok celah-celah itu, bibirnya setiap kali juga mengeluarkan desahan-desahan aneh yang merangsang pendengaran, apalagi ketika ujung jariku menyentuh tonjolan clitorisnya.

Sepertinya daerah tersebut sangat sensitif seperti juga sulit kontolku, dan Retha juga merasakan nikmat yang tak kalah bebatnya seperti ketika Retha mengusap kontolku. Aku jadi semakin bersemangat menggerakkan jariku menyusuri celah-celah itu.

Akhirnya mataku melihat lubang kecil berwarna merah muda dibawah tonjolan clitorisnya. Dari lubang itulah cairan bening itu keluar. Lubang itu cuma sebesar ujung jari kelingkingku. Aku yakin itulah yang disebut memek yang tadi ditunjuk oleh Retha, dan di buku dikatakan bahwa kontol dimasukkan ke lubang itu.

Tapi koq begitu kecil? Kumasukkan ujung jariku ke lubang itu, terasa hangat dan ketika kugerak-gerakkan tiba-tiba aku sangat terkejut, sepertinga ujung jariku terhisap oleh lubang itu. Aku jadi penasaran sekali, ketika akan kumasukkan lagi tiba-tiba Retha membentakku.

“Hey! Apa yang kamu lakukan?!” katanya sambil melompat ketika ujung jariku kumasukkan lebih dalam.
“I just want to see what it feels like.”, I said, still pushing. Now, it was past the first knuckle.

“Aku hanya ingin tahu lubang apa itu.”, kataku sambil terus mau memasukkan ujung jariku lagi.

“Cut it out!” she was squirming. I kept pushing. She moaned and said again, but more softly,

“Keluarkan cepar keluarkan.” kata Retha panik.

Ujung jariku seperti menabrak suatu dinding dan ketika kudorong lagi.

“Auw.. aduh stop!!” Jerit Retha kesakitan. Dengan gugup kutarik ujung jariku keluar lubang kecil dan sempit itu.

“Itukan lubang dimana kontol dimasukkan bukan??” kataku mencari kepastian.

“Mungkin.”

I started pushing my finger into her again,”Does it feel like a kontol?”

Aku memulai mendorong lagi jariku ke dalam lubang itu,

“Apakah seperti dimasukkan kontol?” tanyaku lagi. Pinggul Retha kembali menggeliat-geliat.

“Aduuhhh stop, stop please!” Rintih Retha.

Aku ingat ketika singa jantan memasukkan kontolnya kememek singa betina. Tapi Retha sepertinya merasa kesakitan dan keenakan sekaligus. Kini jariku kugerakkan keluar masuk. Lubang itu begitu sempit dan ketat menjepit ujung jariku. Cairan lendir semakin banyak keluar. Kulihat Retha tidak lagi kesakitan, cuman mulutnya tak henti-hentinya mendesis keenakan dan tubuhnya menggeliat-geliat begitu menggairahkan… Sampai tiba-tiba tubuhnya menggigil dan mengejang,

“Aaahhh… Ooohhh,” jeritnya nyaring sambil menarik tanganku dari liang itu.

“Apa yang terjadi???” tanyaku keheranan.

“Entah, ahhh.” Desah Retha dengan nafas tersegal-segal.

“Mungkin aku orgasme,” bisik Retha sambil tersenyum manis sekali.

“Ohhh, kupikir memang benar kontol harus dimasukkan ke lubang itu,” kataku, “Tapi aku tidak yakin lubang itu terlalu kecil untuk ukuran kontol.”

“Kenapa tidak?” kata Retha sambil melihat kontolku yang mulai membesar dan menegang lagi.

“Kontol terlalu besar. Ujung jariku saja sudah sulit masuk, apalagi kontol yang ukurannya jauh lebih besar dan panjang.”

Retha meraih kembali kontolku.

“Yeah aku tahu maksudmu.”

Dia memperhatikan kontolku dengan seksama sambil mengusap-usapnya. Sepertinya dia sangat sangat tertarik dan menyukai kontolku itu, seperti barang antik yang sangat berharga.

“Jika tidak cukup, paling tidak kita bisa mencobanya untuk meyakinkan samapi sejauh mana.” kata Retha sambil melirik ke arahku, senyuman genis tersungging dibibirnya.

“Apa kau pikir cukup aman?” tanyaku ragu-ragu. Tentunya aku sangat senang melakukannya, tapi aku khawatir Retha akan kesakitan.

Retha kembali berbaring terlentang dan pahanya dibuka lebar.

“Yakin. Bila tidak muat dimasukkan ke dalam milikku, maka kita akan mencari cara lainnya. Apapun juga kamu bisa ejakulasi, dan itu tidak akan menbuatku hamil karena tidak masuk ke dalam.”

Aku segera menempatkan pinggulku diantara kedua pahanya. Terasa hangat, basah dan lembut. Kugerak-gerakkan ujung kontolku untuk menemukan lubang itu, begitu menyentuh lubangnya, kutekan sedikit, kemudian kugerakkan pinggulku sambil terus menekan.

Sepasang bukit dadanya mengeras, putingnya menusuk dadaku. Kedua tangannya merangkul leherku. Kami kembali berciuman. Tubuh kamu saling menekan dan menggesek.

Retha ketawa genit sambil berbisik, “Aku sangat senang kamu ada disini, dalam posisi seperti ini,” katanya sambil memelukku dengan mesra sekali.

Kami terus saling menggesek dan menekan, tangan kami juga saling mengelus dan meremas-remas. Nafas kami semakin cepat dan tubuh kami juga semakin panas, peluh kami mulai membasahi tubuh kami. Ini benar-benar luar biasa. Gesekan-gesekan itu demikian nikmatnya. Tapi usaha kontolku untuk masuk ke lubang itu selalu gagal.

“Masih belum bisa masuk?” Bisik retha.

“Coba kutekan agak keras lagi,” kuangkat sedikit pinggulku, kemudian kutekan keras, tapi ternyata malah meleset kesamping.

“Uhhh…” desis Retha.

“Coba kubantu,” bisik Retha sambil tangannya meraih batang kontolku, kemudian ditempatkan tepat di gerbang liang memeknya.

“Tekan!!” kata Retha.

“Yeah,” kataku sambil menekan pinggulku cukup kuat.

Kuangkat sedikit lagi, kembali kutekan lebih keras sambil tangan Retha mengarahkan kontolku. Kurasakan liang itu semakin mengembang dan tiba-tiba sebagian ujung kontolku berhasil melesak ke dalam.

“Stop!” teriak Retha.

“Ohhh…” keluhku, sambil menghentikan gerakanku.

Kepala kontolku yang bulat sudah berhasil masuk keliang memek Retha. Begitu ketatnya liang itu seperti mengunci ujung kontolku.

“Ujung kontolku sudah berhasil masuk,” bisikku.

“Ya, aku tahu. Aku dapat merasakannya.” kata Retha.

Pelahan kutarik sedikit kontolku pelan-pelan, kemudian kutekan lagi dengan tekanan lebih kuat. Begitu kulakukan berulang-ulang sampai ujung kontolku tiba-tiba menabrak kuat dinding penghalang disana.

“Ahhh, stop, kita sebaiknya berhenti, ohhh jangan!” kata Retha terbata-bata.

Meskipun mulutnya mengatakan jangan, tapi kurasakan pelukan Retha malah semakin erat, dan pinggulnya pun bergerak mengimbangi tusukannku.

“Kita sebaiknya berhenti… Kita, ohhh stop!” rintih Retha.

“Yeah.” kataku, tapi kontolku tidak mau berhenti. Tekanan pinggulku makin lama makin kuat sehingga akhirnya.

“Aaahhh… ADUH!!! Ohhh… Aaahh,” jeritan Retha melengking kuat ketika kontolku berhasil menembus benteng penghalang itu. Batang kontolku tenggelam seluruhnya ke dalam liang yang sudah tidak perawan lagi, sampai bola testicle-ku menekan pangkal pahanya. Jeritan Retha dan cengkeraman kukunya mencengkeram kuat di pundakku dan pahanya memeluk kuat kuat pinggulku membuatku benar-benar terkejut.

“Aduh! stop, stop!” jerit Retha.

Kurasakan jepitan liang memek Retha yang begitu kuat dan ketat sekali, kurasakan juga denyutan-denyutan dinding liang itu seperti menyedot kontolku, dan kurasakan kehangatan disana.

“Retha. Kontolku sudah masuk semua.” kataku sambil terengah-engah.

“I can tell. It hurt. A lot.”

“Aku bilang stop! Sakit sekali tahu!” bentak Retha. Kulihat wajahnya merah padam dan air matanya mengalir membasahi pipinya.

“Maafkan aku Retha. Aku tidak bisa mengendalikan diriku.”

“OK. Bisa kamu tarik keluar sekarang?”

“OK…” Aku cabut kontolku pelan-pelan, Retha merintih, kutekan lagi pelan-pelan dan kembali kutarik lagi sedikit. Kurasakan sesasi gesekan antara kontolku dan dinding liang memek Retha begitu luar biasa nikmatnya. Tubuhku sampai menggigil menahan geli dan nikmat yang teramat sangat.

“Retha, sebaiknya jangan dilepas,” bisikku.

“Ya, aku tahu…” desah Retha sambil menggerakkan pinggulnya keriri-kanan mengikuti gerakan pinggulku. Tangan Retha kembali memelukku erat-erat. Seperti juga aku, sepertinya Retha juga merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa.

Dia ingin menghentikannya, tapi kenikmatan itu sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan tiba-tiba kembali tubuh Retha mengejang sambil mengerang cukup keras, ketika Retha mencapai orgasmenya yang kedua kali. Retha sepertinya mengatakan sesuatu kepadaku, tapi tidak jelas, akhirnya ia menggigit pundakku.

Diding liang memeknya berdenyut-denyut kuat, membuat kontolku tersedot-sedot dan sepertinya aku juga tidak kuat lagi menahan diri. Kutekan kontolku dalam-dalam dan…

“Aaahhh…” spermaku menyembur kuat berkali-kali didasar liang memek Retha.

Entah berapa lama kami terkulai sambil berpelukan, kontolku masih tertanam diliang memek Retha…

Ketika kami sadar, segera kutarik kontolku yang sudah mengecil itu. Kulihat cairan spermaku bersama cairan memek Retha berhamburan dimana-mana. Dan cairan itu berwarna merah… Memang benar-benar darah Retha yang bercampur cairan sperma.

“Ya ampun, Retha, aku benar-benar melukaimu, maafkan aku Retha,” seruku panik.

“Ohhh tidak!” jerit Retha sambil melihat ke memeknya.

“Kamu ejakulasi di dalam lubang memekku!! Kau masukkan spermamu di dalam! Aduh, kamu bisa membuatku hamil!!!”

Cepat-cepat kuperiksa memek Retha. Tidak kelihatan ada luka disana, tapi darah keluar dari liang memeknya. Aku yakin, pasti bagian dalam liang memek itu ada yang luka.

Akhirnya kami memutuskan untuk tidak menceritakan kepada orang lain kalau Retha sembuh nanti. Kami cuman bisa menunggu untuk melihat apakan Retha hamil atau tidak. Kami segera berpakaian dan aku segera lari pulang kerumah. Sampai beberapa minggu kami berdua dihinggapi perasaan takut. Dan Retha pun sepertinya takut untuk menemuiku. Dia selalu menghindar kalau melihatku.

Kami memang tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada orang lain, dan kami juga tidak pernah melakukan hubungan sex lagi, tapi kami masih berteman sampai beberapa tahun, sampai akhirnya aku pindah ke Denver. Tapi aku tidak pernah melupakan hari bersejarah yang sangat menakjubkan itu!!! Tamat

MONA4D

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account