Party Di pub
| Ngentot And Party Di Pub, Sejak sore tadi hujan menggericik tak deras. Luisa berbaring di ranjangnya
berselimut tebal. Pintu kamarnya terkunci rapat. Luisa mendehem-dehem nikmat, matanya sayu tapi nafasnya
memburu. Sesekali kain selimut tersingkap sehingga beberapa bagian tubuhnya yang tak berbusana nampak
dari luar.
“Ahh.. ehg.. emhh..”
Gadis itu terduduk dan menyingkap selimut tebalnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya yang memang bugil
sama sekali. Kepalanya mendongak-dongak menahan ilusinya ketika sebatang dildo bergoyang-goyang di liang
vaginanya. Buah dadanya yang berukuran 36 lengkap dengan putingnya yang kenyal membengkak menggairahkan.
Lendir kawinnya sudah menggenang di sprei kasur. Tepat diatas lendir itu pussy Luisa yang besar berbulu
tipis merekah disodok batang dildo ukuran L.
“Uahh..”
Orgasme telah diraihnya. Luisa terlentang lemas. Batang dildo itu masih menancap di pussy-nya. Enggan
rupanya Luisa mencabutnya. Matanya terpejam, nafasnya masih terengah-engah. Tiba-tiba dering telpon
mengganggunya.
“Kring.. kring..”
“Hallo..” Luisa menerima telpon sambil menjilati ujung dildo yang barusan bersarang di pussy nya.
“Luisa, hujan-hujan gini enaknya ngapain?” tanya suara di seberang.
“Enaknya dikelonin kamu,” jawab Luisa sekenanya.
“Hi.. hi.. kalau gitu, kamu saya undang deh. Sekarang ke Star Pub deh, kita tunggu. Jangan lupa be a
sexy girl, okey?”
“Klik..”
Luisa segera meletakkan gagang telepon di induknya.
Luisa masuk ke dalam café kecil itu. Pintu masuk café nampak tertulis “CLOSE”, tapi tidak bagi anggota
pub. Suasana di café sepi, tapi sayup-sayup Luisa mendengar gemuruh tawa di lantai atas. Luisa segera
menuju ruang atas. Begitu Luisa masuk beberapa anggota lain segera menyambutnya.
“Hai Luisa,” sapa Sidney yang hanya memakai CD transparan sedangkan susunya yang sekal bergelantungan
dengan bebas.
“Hai, makin motok saja susumu,” balas Luisa sambil meremas susu kiri Sidney.
“Saya baru main sama Leo,” ujar Sidney menunjuk pria tegap telanjang yang duduk jongkok di sudut
ruangan. Pistolnya mengayun-ayun tegang sejak tadi.
“Hai Luisa, kita sudah nunggu kamu dari tadi loh,” sapa Sari yang memakai CD merah dan BH hitam, kontras
banget tapi seksi banget.
Kemudian mereka saling berciuman beberapa menit. Sembari berciuman, tangan Luisa sudah nakal menyusup ke
CD Sari.
“Kamu baru aja cukur ya?” tanya Luisa ketika jemarinya merasakan bulu-bulu pussy Sari.
Sari tersenyum malu.
“Nggak pa-pa lagi, rasanya malah geli-geli nikmat. Hi.. hi..,” Sari tertawa cekikikan lalu berlalu.
Mata Luisa memedar berbinar-binar ke seluruh ruangan. Ada dua belas orang di ruangan itu. Kesemuanya
saling bersaing memperlihatkan keseksian tubuhnya. Wita memakai bikini putih tipis sehingga puting
susunya nampak menyembul menggoda. Lia cantik banget malam itu, rambut panjangnya meriap-riap seksi.
Apalagi Lia memakai CD putih berenda dan BH putih yang kelihatan puting susunya karena dilubangi pada
bagian putingnya, Luisa bener-bener pingin melumat susunya. Maka Luisapun segera mendekati Lia
“Li, kamu cantik sekali malam ini.” Sapa Luisa sambil mempermainkan puting susu Lia yang sengaja
disembulkan itu.
“Inikan maksud kamu? Kalau kamu mau, isep aja.” Bagai gayung tersambut.
“Ntar kamu main sama aku yah?”
Lia mengangguk lalu pergi menghampiri Si ganteng Ricko yang pakai CD pink, sejak tadi pistolnya tegang
terus melihat pemandangan yang merangsang itu.
Jude memakai BH yang ketat banget hingga susu “Pamela Anderson” nya bagai berebut ingin keluar kain
tipis itu, sedang pussynya dibiarkan saja dipelototin sama Tino yang sejak tadi penny nya pingin
menerobos jaring tipisnya. javcici.com Ayu yang pakai daster pendek transparan tanpa CD dan BH memamerkan pahanya di
atas meja. Hanya orang nggak waras saja yang nggak berminat sama paha mulusnya. Cindylah yang paling
sexy, doski hanya mengenakan stocking hitam sebatas paha dan duduk dengan santainya sambil memamerkan
pussynya yang berambut tipis. Pengen banget Luisa melumat klitoris mungil Cindy.
Luisa sendiri memakai CD tipis bertali dan BH bertali yang hanya menutup nipplesnya saja. Sedang Mbak
Sarah sang ketua party yang polos los sedang sibuk menjilati dildo barunya. Begitu melihat Luisa datang
Mbak Sarah segera menepuk tangannya bertanda party akan segera dimulai. Semuanya segera berkumpul di
tengah ruangan.
“Nah, gimana nih? Siapa yang pengin main duluan?” ujar Mbak Sarah membuka acara.
“Saya!” Ayu menunjuk jari.
“Kebetulan Ayu, sudah lama kita nggak liat lagi tarian pecut asmaramu itu.” Sambut si Ricko.
“Okey, Cin, nyalakan tapenya!” kata Ayu.
Cindy segera menyalakan tape recorder kecil. Lalu terdengar suara music yang memancarkan suasana erotic
bagi siapa saja yang mendengarnya. Ayu segera berdiri di tengah lalu menari mengikuti suara tape
recorder. Tarian gemulai itu semakin memancing hasrat, Ayu memang bekas penari latar yang piawai. Luisa
yang sudah sejak tadi menahan birahinya tanpa sadar meremas-remas susunya sendiri. Apalagi kemudian Ayu
meminta Ricko melucuti onderdil nya. Maka seperti diberi aba-aba yang lain segera melucuti pakaian milik
pasangan yang dipilihnya.
Dengan segera Ricko mendorong Ayu untuk berbaring lalu Ricko segera melumat bibir kenyal Ayu penuh nafsu
sedang tangannya meremas-remas penisnya sendiri. Jude yang sudah terbakar segera ikut melumat susu kiri
Ayu disusul oleh Cindy yang kebagian susu kanannya. Luisa sendiri segera menyusup ke selakangan Ayu yang
terbuka. Lalu dengan semangat Luisa mengerjain pussy Ayu. Dijilatinya pussy Ayu yang sudah penuh dengan
lelehan lendir kawinnya. Lalu diobok-oboknya liang vagina Ayu dengan jarinya.
“Aaghh..,” erang Ayu dan Luisa bersamaan karena saat itu Ricko sudah menyodokkan pistolnya ke pussy
Luisa dari belakang. Posisi Luisa yang menungging membuat Ricko semakin mudah menancapkan senjata
pamungkasnya. Sedang posisi Ricko sebelumnya sudah digantikan oleh Mbak Sarah yang menyekokkan
nipplesnya ke mulut mungil Ayu.
Di sudut lain, Tino yang setengah menungging sedang mengerang-erang keenakan ketika diserbu dari dua
arah. Sidney yang mengganyang pistolnya dari depan dan Leo yang menyodomi pantatnya. Sedangkan di sisi
lain Lia, Wita dan Sari bergumul sendiri. Lia dan Wita saling memagut susu lawan mainnya sedang Sari
menyerang pussy Lia yang posisinya terlentang. Beberapa kali dildo masuk keluar pussy Lia dengan mudah
lalu bergoyang-goyang membuat Lia bergelinjangan keenakan. “Agh.. enak.. terus Sar..,” erang Lia.
Ricko masih memainkan pistolnya di pussy Luisa. Pantat Luisa bergoyang-goyang naik turun mengikuti
gerakan penis Ricko. Berulang kali Luisa mencapai puncak asmaranya, berulang kali pula mani Ricko
muncrat ke liang vaginanya. Tapi mereka masih ingin mengulangi dan mengulanginya lagi.
“Rick, saya mau keluar lagi Rick.. oh.. enghh..,” rintih Luisa.
“Kita keluar sama-sama yah, yang..”
Kemudian Ricko semakin memperkuat tekanan batang penisnya keliang vagina Luisa, sehingga tidak lama
setelah itu muncratlah air mani Ricko ke dalam vagina Luisa bersamaan dengan keluarnya cairan kawin
Luisa.
“Engg.. ah..,” jerit Ricko dan Luisa bebarengan.
Luisa tergeletak di atas karpet. Wajahnya sudah nampak kepayahan, tapi birahinya belum terpuaskan. Ricko
sudah meninggalkannya untuk mencari petualangan lain. Mata Luisa memandang sayu kepada Lia yang berdiri
di atasnya. Susu Lia yang sudah sangat bengkak membuat Luisa ingin sekali mengunyah nipplesnya yang
tegang kecoklat-coklatan. Pussy Lia yang berbulu agak lebat nampak mengkilap basah oleh lendir kawinnya.
Lia tahu betul kalau Luisa menginginkannya. Dia segera merunduk dan menyerahkan susunya untuk dilumat
oleh Luisa. Luisa melumat susu dan bibir Lia secara bergantian. Tangannya pun agresif menyusuri lorong
goa vagina Lia, memelintir klitoris Lia berkali-kali. Lalu masuk dalam dan semakin dalam membuat Lia
makin terlena.
“Kamu.. enak banget.. egh..,” rintih Lia.
Luisa mendesis-desis, nafasnya menghembus di bukit montok Lia membuat Lia semakin terbakar. Tapi Luisa
juga kembali terbakar ketika Sari datang dan menghisap puting susu Luisa. Lia juga berebut mencaplok
susu kanan Luisa. Luisa merem melek manahan semua rasa syur yang tercipta. Semakin syur ketika Leo
menjejalkan penisnya yang besar dan tegang banget ke mulutnya.
“Isep sayang.. ayo..”
Luisa menghisap penis Tino. Menggigit-gigit nakal membuat Tino melenguh-lenguh keasyikan. Tino menekan
pistolnya dan maninya muncrat ke dalam mulut Luisa. Luisa menelan lendir itu hingga tandas. Segala
keindahan terasa ketika entah lidah siapa lagi yang menggerayangi pussy Luisa. Hingga ia merasa tubuhnya
dijunjung ke atas dan..,
“Augh..”
Sebatang daging tegang kembali bersarang di pussy Luisa. Kembali dialaminya orgasme yang dialaminya
bersamaan dengan si pemilik pistol.
“Ehg.. kau hebat banget Luisa, hebat! Makasih ya..”
Itu suara Leo.
“Bajingan! Mau nyodok nggak bilang-bilang!” umpat Luisa dalam hati.
Lalu semua yang tadi ngerjain Luisa pergi ngerjain yang lain. Luisa tidak lagi memperhatikan orang-orang
disekelilingnya. Rasa capeknya telah membawanya terlelap. Dua jam pun berlalu, suasana hening. Party itu
sudah selesai, pemain-pemainnya sudah terlelap tidur.
Luisa yang terbangun paling awal. Dipandangi sekelilingnya dengan senyum simpul. Semua dalam keadaan
telanjang bulat, termasuk dirinya. Berbagai CD dan BH berserakan berserakan dimana-mana Pantat Sari
merah bengkak begitu juga puting susu Ayu. Luisa tersenyum sendiri melihat ujung susu si bule Jude yang
masih dikenyot Ricko. photomemek.com Pantat Sidney juga memerah, mungkin karena di kerjain sama temen-temen yang lain.
Dalam party itu tidak hanya cowok saja yang disodomi, cewek juga bisa disodomi. Yang paling suka
menyodomi cewek, ya.. si Tino itu. Luisa berpaling kepada Mbak Sarah. Wajah Mbak Sarah penuh dengan mani
dan lendir vagina yang mulai mengering. Ruangan itu menebarkan aroma mani dan lendir vagina yang khas.
Mata Luisa tertuju pada Cindy. Gadis itu masih terlelap. Kadangkala mengigau sambil senyum-senyum
sendiri. Wajah gadis itu cantik. Tubuhnya kecil tapi susunya montok bener. Vaginanya polos tanpa bulu,
warnanya putih kemerahan seperti pipi gadis yang sedang malu. Klitorisnya mungil menyembul. Gairah Luisa
kembali bangkit. Luisa berjongkok di depan Cindy kemudian memainkan jemarinya di atas vagina yang
merekah itu. Dengan penuh nafsu segera dilumatnya klistoris yang sejak awal tadi membuatnya ngiler itu.
Cindy menggeliat-geliat, tapi Luisa tak perduli. Bibir Luisa melumat gundukan vagina Cindy sedang kedua
tangannya menggapai meremas-remas daging kenyal nan montok di dada Cindy. Antara sadar dan tidak Cindy
menjamak-jaMbak rambut Luisa dan menjepit kepalanya dengan kedua pahanya.
“Ah.. uh.. ah.. uh..,” suara Cindy mendesis lirih.
Nafas keduanya kembali memburu. Luisa menumpahkan segala birahi yang tersisa di kepalanya. Seakan-akan
Cindy itu hanya miliknya sendiri. Cindy dipaksa untuk bangun dari lelapnya. Matanya memicing merasakan
surga yang kembali datang untuknya. Tapi Cindy sudah tak punya daya untuk membalas. Ia pasrah saja
ketika Luisa menjejalkan sebatang dildo masuk ke dalam liang vaginanya.
“Sruup..”
Tanpa banyak perlawanan pistol mainan itupun amblas ke dalam liang kenikmatan Cindy. Cindi sempat
terpekik beberapa kali, tapi lemah, rupanya dia sudah tak punya daya kecuali menikmati permainan Luisa.
Luisa menarik si dildo maju mundur beberapa kali. Pantat Cindy bergoyang mengikuti iramanya. Makin lama
dildo itu bergerak makin cepat.
“Sruup.. sruup..”
Suaranya menyibak lendir-lendir kental yang keluar dari vagina Cindy. Mata Luisa berbinar memandangi
vagina bermandikan lendir itu. Langsung ia merunduk dan
“Sruup..”
Dihisapnya si lendir dari pussy Cindy hingga tandas.
“Ah, puasnya..,” kata Luisa dalam hati. Dikecupnya kening Cindy yang tak sadarkan diri. Kemudian dia
segera pergi dari tempat itu dengan senyum penuh kepuasan.,,,,,,,,