Gara2 lembur
Sudah beberapa hari ini Pandu lembur dan selalu pulang hampir jam 9 malam dalam keadaan capek dan sedikit tertekan. Mungkin karena mengejar deadline proyek dari kantornya. Dan karena lembur sialan ini, aku terpaksa mengalah pada keadaan. Tak mungkin aku mengajak Pandu bercinta dalam keadaan capek berat. Boro2 cium2an, selesai mandi Pandu pasti sudah langsung tergeletak di ranjang, kurang dari 5 menit sudah tertidur pulas. Aku yg ditinggal bengong juga terpaksa tidur, dan puasa bercinta.
Hari ini Pandu pasti masi lembur mengejar deadline proyeknya besok. Aku makan malam sendiri (lagi). Cepat2 aku selesaikan makan malam yg sama sekali tidak menyenangkan, meskipun masak lauk kesukaanku, tetap saja tidak enak kalau dimakan sendiri. Selesai makan aku langsung mengunci diri di kamar. Maklum, belakangan ini panas banget, mengurung diri di kamar ber-AC, dengan hanya mengenakan tank top tipis serta hot pants mungkin satu2 nya cara buat ngadem.
Jam delapan lewat sedikit aku mendengar suara pintu dibuka. Aku bersorak kegirangan, hari ini ternyata lemburnya tidak sampai jam 9. Lalu aku ngeloyor ke depan menyambut Pandu. Saat daun pintu terbuka, yang nampak malah bukan Pandu, tapi Willi adiknya Pandu. Ada sedikit rasa kecewa nyelip di hati. Tapi yah, karena sudah terlanjur ‘menyambut’ Willi, sekalian tanya basa basi.
“Tumben, jam segini udah nyampe rumah”
“Iya, habis tadi host acara ultah anak2. Ga mungkin kan anak2 disuruh begadang sampai jam 11 malam”
Aku hanya ber-oo ria.
“Biasanya Wi kan lanjut acara lagi bareng temen2 yang ginian.”
Aku tertawa saat berjalan sambil belenggak lenggok dengan sebelah tangan terangkat sampai di depan dada lalu jari tengah dan jempol dilekatkan.
Willi tertawa melihat kelakuanku.
“Temen2 emang banyak yg banci kaleng, tapi aku kan nga. Buktinya Yuna suka kan sama ini..” katanya sambil mengelus2 penisnya.
Aku tertawa melihat keberaniannya menggodaku. filmbokepjepang.sex Willi memang bekerja di EO besar ternama di kota ini. Tak heran dia banyak kenal dengan banci2 show dan dancer2 sexy. Tapi herannya Willi jarang hang out dengan dancer2, karena menurutnya mereka gampangan.
“Tuh, masi ada lauk di meja. Makan gih”
“Oke. Tadi uda nyolong kue2 anak yang ultah sih.. Tapi masi blon kenyang. Habis kuenya mungil2 semua.”
Aku hanya senyum2, lalu kembali masuk ke kamar. Tak ada acara lain selain menonton (sinetron). Pindah2 channel juga semua sama, ga ada tontonan yang bermanfaat. Lalu aku mengambil salah satu majalah untuk dibaca. Di luar aku mendengar suara byar byur, pasti Willi sedang mandi.
Berhubung majalah pun sudah pernah kubaca beberapa kali, aku menyerah. Hanya berbaring diam di ranjang dan tentunya sambil membayangkan Pandu. Entah kenapa malah bukan Pandu yang ada di pikiranku, tapi Willi. Tak mungkin aku merayu Willi untuk tidur dengan ku kan? Dimana harga diri? Meskipun aku dan Willi sudah pernah bercinta, seperti yang kuceritakan sebelumnnya, tapi itu kan atas permintaan Pandu.
Belum sempat berpikiran macam2, Willi mengetok pintu dan membuyarkan lamunanku. Dengan malas aku membuka pintu. Sedikit terkejut saat aku melihat Willi hanya memakai boxer andalannya.
“Panas.” saat aku melirik ke arah bawah perutnya.
Lalu Willi masuk ke kamarku tanpa kusuruh.
“Lumayan deh, uda dingin kamarnya. Kamarku masih panas, baru dihidupkan AC nya”
Willi ngoceh2 sendiri lalu duduk di pinggiran ranjang.
Sebagai wanita dewasa aku tau maksud Willi datang ke kamarku dan ternyata aku juga tak bisa menolak, mengingat aku sudah beberapa hati tidak disentuh Pandu. Aku masih berdiri di dekat pintu dan seribu satu macam pikiran menyerbuku. Akankah kutolak atau ambil saja kesempatan ini? Birahiku mulai terbakar saat melihat Willi dengan cuek rebahan di ranjangku sehingga tonjolan di balik boxernya nampak jelas. Dan yang paling parah, dia entah sengaja atau tidak memakai boxer ketat warna hitam. Aku paling pantang melihat Pandu pakai boxer hitam. Pasti jadi horny, karena menurutku cowo dengan boxer hitam sexynya minta ampun.
“Ngapain bengong di situ? Yuk, sini..” kata Willi sambil menepuk2 ranjang.
Dan ternyata birahi memang setan, mengalahkan segala2nya, aku pun bagai terhipnotis mendekati Willi.
Begitu duduk di tepian ranjang, Willi bangkit dan menciumiku. Dari bibir, turun ke tengkuk. Sampai merinding aku dibuai kecupan Willi. Aku mendesah, perasaanku melayang. putri77.net Rasanya sudah lama sekali aku tak dimanjakan seperti ini. Bibir Willi makin lama makin turun, sampai ke buah dada ku. Tangannya yg sedari tadi sudah menyusup ke balik tank top dengan cepat melepas kaitan bra. Willi berhenti sebentar untuk melepas bajuku lalu melanjutkan permainan lidahnya di ujung payudaraku. Rasanya benar2 nikmat. Tanpa sadar aku sudah terbaring dan Willi sudah menelanjangi kita berdua. Masi setia di babak foreplay, Willi turun ke arah vaginaku yang mulai basah. Willi menusukkan lidahnya ke vaginaku. Seperti gerakannya saat bercinta. Tak ada rasa lain selain kenikmatan tiada tara di bagian sensitifku.
Willi tiba2 menghentikan kegiatannya lalu memutar tubuhnya ke posisi 69. Aku hampir tidak bisa bekerja dengaan benar, meng-oral penisnya yang berdiri tegak dan keras. Sambil mengocok2 penisnya, aku menjilat2 kepala penisnya yang sudah mengeluarkan cairan bening pertanda nikmat dan siap bekerja. Willi yang sudah terangsang tak mau menunggu lebih lama lagi dan mengganti posisi. Sekarang Willi berdiri di tepi ranjang sementara aku terbaring tepat di depannya. Kakiku diangkat dan disandarkan di bahunya. Pelan2 Willi memasukkan penis tegangnya ke dalam vaginaku. Aahhhh…
Aku benar2 menikmati goyangan Willi. Awalnya lambat lalu diikuti goyangan cepat, kemudian dia melambatkan ritme goyangannya. Begitu seterusnya sampai aku orgasme. Begitu melihatku orgasme, Willi berhenti sebentar, setelah beberapa detik, Willi membalikkan tubuhku ke posisi doggy kesukaannya. Lalu aku disodok dar belakang. Penisnya keluar masuk vaginaku dengan cepat. Tangannya mencengkram erat pantatku. Aku mengerang nikmat. Dan mungkin kita berdua terbawa suasana sampai2 Pandu yang sudah pulang dan berdiri di ambang pintu tak kuperhatikan. Saat Pandu buka suara, aku baru tersadar dan kaget.
“Keluar.”
Satu kata dengan suara berat membuat Willi tersentak dan mencabut penisnya dari vaginaku dan tampaknya Willi tak berani memandang wajah Pandu. Setelah memakai kembali boxernya, Willi keluar dari kamarku. Tinggal aku yang masih bengong dalam keadaan telanjang. Pandu mendekati ranjang. Dari tatapan matanya aku tau kalau dia marah.
Pandu kemudian mendorongku dengan kasar sampai aku terbaring ke ranjang. Lalu dia sendiri melorotkan celananya. Sorot matanya begitu tajam, aku pun tak berani mamandang lansung ke arah matanya. Lalu Pandu naik ke ranjang dan dengan kasar dia menusukkan penisnya yang juga sudah berdiri tegak, mungkin karena melihat aku dan Willi bercinta entah berapa lama. Tanpa suara dan masih dengan kasar dia menggoyangkan pinggulnya mencari kenikmatannya sendiri. Aku hanya bisa pasrah diperlakukan begitu. Seperti diperkosa oleh suamiku sendiri. Birahiku yg tadinya menggebu2 sudah hilang sejak Pandu menyodokkan penisnya dengan kasar.
Gerakan Pandu makin lama makin cepat, aku tau sebentar lagi dia akan orgasme. Tanpa mengurangi ritme goyangannya, Pandu akhirnya menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku. Lalu Pandu mendekatkan wajahnya ke telingaku.
“Hanya ketika kusuruh, Willi boleh menyentuhmu” kata2 itu diucapkan Pandu dengan dingin.
Lalu Pandu berlalu dari hadapanku. Keluar dari kamar dan masuk ke kamar mandi utk mandi.
Willi bagai tak kapok, langsung masuk kembali ke kamarku saat suara air sudah terdengar.
“Ssttt.. Diam saja.. Belum sempat orgasme kan dengan Pandu? Sini aku kasih”
Aku yang sedikit marah diperlakukan kasar oleh Pandu lalu membuka kakiku lebar2. Willi dengan mudahnya menyusupkan penisnya ke vaginaku. Lalu dengan goyangan2 cepat aku sempat dibuatnya orgasme dua kali sebelum akhirnya dia juga orgasme. Saat hampir menembak, dia mencabut penisnya dan mengarahkan ke wajahku. Aku mengisap sambil mengocok2 penisnya. Cairan hangat dan kentalnya tertumpah di dalam mulutku. Lalu dengan cepat dia kembali ke kamarnya. Lima menit kemudian Pandu masuk ke kamar dan langsung tidur (membelakangi aku).