Gadis SMP Di Bawah Umur Suka Ngentot
- Home
- Cerita sex ABG
- Gadis SMP Di Bawah Umur Suka Ngentot
Cerita Sex Bergambar – Kumpulan cerita seks terbaru, cerita dewasa, cerita panas, cerita pemerkosaan perawan, cerita sex tante, cerita ngentot, cerita sex remaja dan cerita hot abg akan dibahas secara lengkap dan transparan. Pantengin terus setiap harinya karena akan selalu update cerita sex terbaru untuk sobat semua. Selamat menikmati Gadis SMP Di Bawah Umur Suka Ngentot berikut ini.
Sex Pada Masa Puber SMP, Sajian Cerita Nakal yang akan di hadirkan untuk anda adalah tentang Cerita Hot Sex Pada Masa Puber SMP yang mengisahkan desakan sex sepupu laki-laki dan aku ( cerita sexs sedarah). Mari kita simak aja langsung gimana sih cerita Sex NAKAL yang satu ini.
Saat itu, Bulan Juni 2013, keadaan rumah saya sedang sepi. Satu rumah dihuni oleh 7 orang, yaitu, Mamah, Papah, ada Mbak saya tapi masih kuliah, saya sendiri masih duduk di SMU kelas III, baru saja selesai Ebtanas. Kemudian adik perempuan saya kelas V Sekolah Dasar sedang main di tetangga, lalu sepupu laki-laki saya ( Angga ) yang baru kelas III SLTP. Oh iya lupa sobat NAKAL, panggil saja saya Non Nina asli dari Menado.
Keluargaku orang-orang sibuk, jadi aku yang sering jaga rumah, saya dengan sepupu ku yang bernama, Angga . Senin itu, 7 Juni 2013, badan saya pegal sekali, selesai ngepel dan beres-beres rumah. Seperti biasanya saya selalu mau dipijitin. Kalau biasanya langganan dipijat oleh ibu, dan sering juga sama Angga, Memang dari kecil saya sudah biasa menyuruh dia. Karena badan terasa agak pegal, saya panggil Angga untuk mijitin, Angga pun nurut saja. Saya langsung berbaring tenkurep di atas karpet diruang keluarga, dan Angga mulai memijit bodyku. Asyik juga dipijit oleh Angga, tangannya kuat lama, dan keras sekali, kusuruh pijit punggungku agar fresh kembali.
“Duh, Angga …, mijitnya yang lurus dong, jangan miring kiri miring kanan..”, kataku protes. “Lagian, posisinya nggak bagus kak”, jawab Angga seenaknya.
“Kamu dudukin aja paha Kakak Nina seperti biasa…dong”.
“Tapi…tapi,,,,, kak..”. (Omongan sepupuku terhenti dan aku potong)
“Alah.., nggak usah tapi-tapian…, biasanyakan juga begitu…, ayo..”, Saya tarik tangan Angga memaksanya untuk duduk di pahaku karena dia memijit dari samping, seperti kalau dia memijit saya pada waktu-waktu sebelumnya.
Angga pada akhirnya mau juga, lalu duduk dan menjadikan kedua pahaku dekat pantat sebagai bangkunya, dan mulai lagi ia memijit sekujur punggungku. Tapi, pijitan agak lain (aku heran), makin lama makin saya rasakan tangannya agak gemetaran, duduknya tidak karuan dan nafasnya agak ngos-ngosan.
“Kamu kenapa Angga, capek atau sakit..sih?”, tanyaku penasaran.
“Tidak, tidak apa-apa kok kak”, jawabnya. Akan tetapi duduknya mulai tidak karuan, geser kiri dan kanan, sementara pantatnya seperti tidak mau dirapatkan di pahaku, agak terangkat.
Akhirnya, saya menyuruhnya pindah, dan saya bangun, lalu duduk mendekati, (biasa hanya bermaksud menggoda.)
“Ayo.., kamu kenapa, ini pantatmu, selalu diangkat.., tidak biasa-biasanya”, sambil tanganku bermaksud iseng mencubit pantatnya.
“Tidak, tidak apa-apa kak..”, jawabnya sambil menghindari cubitanku, malah tanganku tersenggol celana bagian selangkangannya yang seperti agak tertarik kain celananya dan agak menonjol, melihat itu timbul rasa isengku, karena memang saya dan Angga kalau main seperti anak-anak yang masih TK, asal ngawur saja.
“Loh.., itu apa di celanamu Angga, kok nonjol begitu..” Mendengar itu Angga merah padam mukanya, lalu ia berdiri ingin lari menghindar dari saya, tapi segera kutarik tangannya untuk duduk, dan tanganku yang satu menggerayangi celananya memegangi dan meraba benjolan tersebut. “Jangan kak Nina Angga malu..”, katanya. Dasar saya yang nakal, saya pelototin matanya, Angga langsung diam, dan tanganku leluasa memegang barang tersebut.
Penasaran, saya buka resliting celananya dan menarik keluar barangnya yang mengeras tersebut, dan astaga, ternyata penis Angga sudah menegang. Baru kali ini saya melihat penis milik orang yang bukan anak-anak dan sudah disunat yang tegang dan keras serta panjang seperti itu. Sementara Angga diam saja, kepalanya hanya menunduk, mungkin malu atau bagaimana saya tidak tahu.
Saya acuh saja, perlahan-lahan, kuelus-elus penis Angga, semakin mengeras penisnya hingga urat-uratnya seperti mau keluar. Kudengar Angga mendesah tertahan. Lalu kuurut-urut sambil kupijit kepala penisnya yang merah itu, Angga makin mendesah, “Ah.., ah..”
Kugenggam erat penis Angga dan kukocok-kocok dengan perlahan, semakin lama semakin kencang. Badan Angga ikut menegang, sambil kepalanya terangkat ke atas menatap langit, mulutnya terbuka, dia mulai agak mengerang, “Achh..”.
Semakin kencang penis Angga kukocok, semakin menggeliat badan Angga membuat saya tersenyum geli melihatnya. Sampai erangan Angga makin mengeras, “Ach.., achh..”. Dan badannya makin menggeliat, hingga mungkin tidak tahan…, ia lalu memelukku erat. Mulanya saya kaget akan reaksinya, tapi saya biarkan saja, karena keasyikan mengocok penis Angga . Rupanya Angga sudah semakin menggeliat, hingga tangannya entah sadar atau tidak ikut menggeliat juga, meraba badanku dan payudaraku.
“He Angga …, kenapa..” tegurku, sambil tetap mengocok penis Angga, “Achh…, achh..” Hanya itu yang Angga bilang, sementara tangannya meremas-remas payudaraku, dan remasannya yang kuat membuatku merasakan sesuatu yang lain, hingga saya biarkan saja Angga meremas payudaraku, dan Angga lalu menyingkap baju kaos yang kupakai, hingga kelihatan Bra dan meremas payudaraku lagi hingga keluar dari Bra .
“Acchh…, accchh” erang Angga, saya mulai merasakan kenikmatan tersendiri pada saat payudaraku tidak terbungkus BRA diremas oleh tangan Angga dengan kuat, sedangkan penisnya tetap saja kukocok-kocok. Dan entah naluri apa yang ada pada Angga, hingga dia nekat menyosor payudaraku dan mengisap putingnya seperti anak bayi yang sedang menyusu.
“Aduh…, Angga …, aduhh” Hanya itu yang mampu kuucapkan, payudaraku mulai mengeras, keduanya diisap secara bergantian oleh Angga .
Saya juga mulai menggeliat, kutarik kepala Angga dari payudaraku, lalu kudekatkan ke wajahku, kucium bibirnya dengan nafsu yang muncul secara tiba-tiba, Angga balas mencium, bibir kami berdua saling memagut, lidah bertemu lidah saling mengadu dan menjilati satu sama lain.
Tangan Angga menggerayangi badanku, melepaskan baju dan Bra , hingga aku bugil sebatas dada. Kulepaskan juga baju yang dipakai Angga, dan kupelorotkan celananya, hingga Angga bugil tanpa sehelai benangpun, dan kembali kukocok penisnya, sedangkan Angga kembali menyosor payudaraku yang sudah keras membukit.
Perlahan tangan Angga menelusuri rokku lalu menyelusup masuk ke dalam rokku, “Acchh…, Accchh”, Saya dan Angga terus mengerang dan menggelinjang. Tangan Angga menyelusup ke dalam CD-ku, lalu mengusap-ngusap vaginaku.
“Aduuuhh…, Angga ..” erangku, sementara jarinya mulai ia masukkan ke dalam vaginaku yang mulai kurasakan basah, dan Angga mempermainkan jarinya di dalam vaginaku.
“Accchh…, aduuuhh…, acccchh..”. Tak tahan lagi, Angga menarik lepas rok dan celana dalamku, hingga akhirnya saya kini telanjang bulat. Kemudian Angga mencium bibirku dan saya tetap mengocok penisnya, sedangkan jarinya bermain dalam vaginaku.
“Accchh..” Hanya erangan tertahan karena tersumbat bibir Angga yang keluar dari mulutku. Kemudian Angga berhenti menciumku, lalu ia mengambil posisi menindih badanku, saya membiarkan saja apa yang akan Angga lakukan, karena kenikmatan itu sudah mulai terasa mengaliri pembuluh darahku. Dan, tiba-tiba saya rasakan sakit yang teramat sangat di selangkanganku.
“aaccccchh, Angga .., apa yang kau lakukan..”, tanyaku. Tapi terlambat, rupanya Angga sudah memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku, dan seperti tidak mendengarkan pertanyaanku, Angga mulai mengoyang batang penisnya naik turun dalam vaginaku yang semakin berlendir dan mulai terasa basah oleh aliran darah perawanku yang mengalir membasahi vaginaku.
“Accchh…, Angga …, aduuhh Angga ..”, erangku.
Badanku semakin menggelinjang, kujepit badan Angga dengan kedua kakiku sementara tanganku memeluk erat dan menggoreskan kukuku di punggung Angga . Semakin kencang goyangan penis Angga dan semakin keras pula erangan kami berdua.
“Accch…, aduhh..” Hingga akhirnya kurasakan sesuatu yang sangat nikmat yang terdorong dari dalam…, dan erangan panjang saya dan Angga, “aahh”. Bersamaan semprotan mani Angga dalam vaginaku dan semburan maniku yang menciptakan kenikmatan yang tak pernah kurasakan dan kubayangkan sebelumnya.
Angga menarik keluar penisnya, lalu berbaring di sampingku. Kami berdua saling bertatapan, seperti ada penyesalan tentang apa yang telah terjadi, akan tetapi rupanya nafsu kami berdua lebih kuat lagi. Kuraih kembali dan kudekatkan wajahku ke wajah Angga, kami lalu berciuman lagi dan saling melumat, kemudian kupegang erat penis Angga, sehingga kembali menegang dan kembali lagi kami melakukan hubungan badan tersebut hingga beberapa kali.
Hingga hari ini saya dan Angga, bila ada kesempatan masih mencuri waktu dan tempat untuk melakukan hubungan badan, karena mengejar kenikmatan yang tiada taranya, kadang di kamarku, di kamar Angga, ataupun di dalam kamar mandi. TAMAT,,,,,,,,,,,,,,
Sex Pada Masa Puber SMP, Sajian Cerita Nakal yang akan di hadirkan untuk anda adalah tentang Cerita Hot Sex Pada Masa Puber SMP yang mengisahkan desakan sex sepupu laki-laki dan aku ( cerita sexs sedarah). Mari kita simak aja langsung gimana sih cerita Sex NAKAL yang satu ini.
Saat itu, Bulan Juni 2013, keadaan rumah saya sedang sepi. Satu rumah dihuni oleh 7 orang, yaitu, Mamah, Papah, ada Mbak saya tapi masih kuliah, saya sendiri masih duduk di SMU kelas III, baru saja selesai Ebtanas. Kemudian adik perempuan saya kelas V Sekolah Dasar sedang main di tetangga, lalu sepupu laki-laki saya ( Angga ) yang baru kelas III SLTP. Oh iya lupa sobat NAKAL, panggil saja saya Non Nina asli dari Menado.
Keluargaku orang-orang sibuk, jadi aku yang sering jaga rumah, saya dengan sepupu ku yang bernama, Angga . Senin itu, 7 Juni 2013, badan saya pegal sekali, selesai ngepel dan beres-beres rumah. Seperti biasanya saya selalu mau dipijitin. Kalau biasanya langganan dipijat oleh ibu, dan sering juga sama Angga, Memang dari kecil saya sudah biasa menyuruh dia. Karena badan terasa agak pegal, saya panggil Angga untuk mijitin, Angga pun nurut saja. Saya langsung berbaring tenkurep di atas karpet diruang keluarga, dan Angga mulai memijit bodyku. Asyik juga dipijit oleh Angga, tangannya kuat lama, dan keras sekali, kusuruh pijit punggungku agar fresh kembali.
“Duh, Angga …, mijitnya yang lurus dong, jangan miring kiri miring kanan..”, kataku protes. “Lagian, posisinya nggak bagus kak”, jawab Angga seenaknya.
“Kamu dudukin aja paha Kakak Nina seperti biasa…dong”.
“Tapi…tapi,,,,, kak..”. (Omongan sepupuku terhenti dan aku potong)
“Alah.., nggak usah tapi-tapian…, biasanyakan juga begitu…, ayo..”, Saya tarik tangan Angga memaksanya untuk duduk di pahaku karena dia memijit dari samping, seperti kalau dia memijit saya pada waktu-waktu sebelumnya.
Angga pada akhirnya mau juga, lalu duduk dan menjadikan kedua pahaku dekat pantat sebagai bangkunya, dan mulai lagi ia memijit sekujur punggungku. Tapi, pijitan agak lain (aku heran), makin lama makin saya rasakan tangannya agak gemetaran, duduknya tidak karuan dan nafasnya agak ngos-ngosan.
“Kamu kenapa Angga, capek atau sakit..sih?”, tanyaku penasaran.
“Tidak, tidak apa-apa kok kak”, jawabnya. Akan tetapi duduknya mulai tidak karuan, geser kiri dan kanan, sementara pantatnya seperti tidak mau dirapatkan di pahaku, agak terangkat.
Akhirnya, saya menyuruhnya pindah, dan saya bangun, lalu duduk mendekati, (biasa hanya bermaksud menggoda.)
“Ayo.., kamu kenapa, ini pantatmu, selalu diangkat.., tidak biasa-biasanya”, sambil tanganku bermaksud iseng mencubit pantatnya.
“Tidak, tidak apa-apa kak..”, jawabnya sambil menghindari cubitanku, malah tanganku tersenggol celana bagian selangkangannya yang seperti agak tertarik kain celananya dan agak menonjol, melihat itu timbul rasa isengku, karena memang saya dan Angga kalau main seperti anak-anak yang masih TK, asal ngawur saja.
“Loh.., itu apa di celanamu Angga, kok nonjol begitu..” Mendengar itu Angga merah padam mukanya, lalu ia berdiri ingin lari menghindar dari saya, tapi segera kutarik tangannya untuk duduk, dan tanganku yang satu menggerayangi celananya memegangi dan meraba benjolan tersebut. “Jangan kak Nina Angga malu..”, katanya. Dasar saya yang nakal, saya pelototin matanya, Angga langsung diam, dan tanganku leluasa memegang barang tersebut.
Penasaran, saya buka resliting celananya dan menarik keluar barangnya yang mengeras tersebut, dan astaga, ternyata penis Angga sudah menegang. Baru kali ini saya melihat penis milik orang yang bukan anak-anak dan sudah disunat yang tegang dan keras serta panjang seperti itu. Sementara Angga diam saja, kepalanya hanya menunduk, mungkin malu atau bagaimana saya tidak tahu.
Saya acuh saja, perlahan-lahan, kuelus-elus penis Angga, semakin mengeras penisnya hingga urat-uratnya seperti mau keluar. Kudengar Angga mendesah tertahan. Lalu kuurut-urut sambil kupijit kepala penisnya yang merah itu, Angga makin mendesah, “Ah.., ah..”
Kugenggam erat penis Angga dan kukocok-kocok dengan perlahan, semakin lama semakin kencang. Badan Angga ikut menegang, sambil kepalanya terangkat ke atas menatap langit, mulutnya terbuka, dia mulai agak mengerang, “Achh..”.
Semakin kencang penis Angga kukocok, semakin menggeliat badan Angga membuat saya tersenyum geli melihatnya. Sampai erangan Angga makin mengeras, “Ach.., achh..”. Dan badannya makin menggeliat, hingga mungkin tidak tahan…, ia lalu memelukku erat. Mulanya saya kaget akan reaksinya, tapi saya biarkan saja, karena keasyikan mengocok penis Angga . Rupanya Angga sudah semakin menggeliat, hingga tangannya entah sadar atau tidak ikut menggeliat juga, meraba badanku dan payudaraku.
“He Angga …, kenapa..” tegurku, sambil tetap mengocok penis Angga, “Achh…, achh..” Hanya itu yang Angga bilang, sementara tangannya meremas-remas payudaraku, dan remasannya yang kuat membuatku merasakan sesuatu yang lain, hingga saya biarkan saja Angga meremas payudaraku, dan Angga lalu menyingkap baju kaos yang kupakai, hingga kelihatan Bra dan meremas payudaraku lagi hingga keluar dari Bra .
“Acchh…, accchh” erang Angga, saya mulai merasakan kenikmatan tersendiri pada saat payudaraku tidak terbungkus BRA diremas oleh tangan Angga dengan kuat, sedangkan penisnya tetap saja kukocok-kocok. Dan entah naluri apa yang ada pada Angga, hingga dia nekat menyosor payudaraku dan mengisap putingnya seperti anak bayi yang sedang menyusu.
“Aduh…, Angga …, aduhh” Hanya itu yang mampu kuucapkan, payudaraku mulai mengeras, keduanya diisap secara bergantian oleh Angga .
Saya juga mulai menggeliat, kutarik kepala Angga dari payudaraku, lalu kudekatkan ke wajahku, kucium bibirnya dengan nafsu yang muncul secara tiba-tiba, Angga balas mencium, bibir kami berdua saling memagut, lidah bertemu lidah saling mengadu dan menjilati satu sama lain.
Tangan Angga menggerayangi badanku, melepaskan baju dan Bra , hingga aku bugil sebatas dada. Kulepaskan juga baju yang dipakai Angga, dan kupelorotkan celananya, hingga Angga bugil tanpa sehelai benangpun, dan kembali kukocok penisnya, sedangkan Angga kembali menyosor payudaraku yang sudah keras membukit.
Perlahan tangan Angga menelusuri rokku lalu menyelusup masuk ke dalam rokku, “Acchh…, Accchh”, Saya dan Angga terus mengerang dan menggelinjang. Tangan Angga menyelusup ke dalam CD-ku, lalu mengusap-ngusap vaginaku.
“Aduuuhh…, Angga ..” erangku, sementara jarinya mulai ia masukkan ke dalam vaginaku yang mulai kurasakan basah, dan Angga mempermainkan jarinya di dalam vaginaku.
“Accchh…, aduuuhh…, acccchh..”. Tak tahan lagi, Angga menarik lepas rok dan celana dalamku, hingga akhirnya saya kini telanjang bulat. Kemudian Angga mencium bibirku dan saya tetap mengocok penisnya, sedangkan jarinya bermain dalam vaginaku.
“Accchh..” Hanya erangan tertahan karena tersumbat bibir Angga yang keluar dari mulutku. Kemudian Angga berhenti menciumku, lalu ia mengambil posisi menindih badanku, saya membiarkan saja apa yang akan Angga lakukan, karena kenikmatan itu sudah mulai terasa mengaliri pembuluh darahku. Dan, tiba-tiba saya rasakan sakit yang teramat sangat di selangkanganku.
“aaccccchh, Angga .., apa yang kau lakukan..”, tanyaku. Tapi terlambat, rupanya Angga sudah memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku, dan seperti tidak mendengarkan pertanyaanku, Angga mulai mengoyang batang penisnya naik turun dalam vaginaku yang semakin berlendir dan mulai terasa basah oleh aliran darah perawanku yang mengalir membasahi vaginaku.
“Accchh…, Angga …, aduuhh Angga ..”, erangku.
Badanku semakin menggelinjang, kujepit badan Angga dengan kedua kakiku sementara tanganku memeluk erat dan menggoreskan kukuku di punggung Angga . Semakin kencang goyangan penis Angga dan semakin keras pula erangan kami berdua.
“Accch…, aduhh..” Hingga akhirnya kurasakan sesuatu yang sangat nikmat yang terdorong dari dalam…, dan erangan panjang saya dan Angga, “aahh”. Bersamaan semprotan mani Angga dalam vaginaku dan semburan maniku yang menciptakan kenikmatan yang tak pernah kurasakan dan kubayangkan sebelumnya.
Angga menarik keluar penisnya, lalu berbaring di sampingku. Kami berdua saling bertatapan, seperti ada penyesalan tentang apa yang telah terjadi, akan tetapi rupanya nafsu kami berdua lebih kuat lagi. Kuraih kembali dan kudekatkan wajahku ke wajah Angga, kami lalu berciuman lagi dan saling melumat, kemudian kupegang erat penis Angga, sehingga kembali menegang dan kembali lagi kami melakukan hubungan badan tersebut hingga beberapa kali.
Hingga hari ini saya dan Angga, bila ada kesempatan masih mencuri waktu dan tempat untuk melakukan hubungan badan, karena mengejar kenikmatan yang tiada taranya, kadang di kamarku, di kamar Angga, ataupun di dalam kamar mandi. TAMAT,,,,,,,,,,,,,,
Related Posts
Cerita Seks Remaja Rirrie Anak SMP.
Comments Off on Cerita Seks Remaja Rirrie Anak SMP.
Cerita Seks Bugil Sopir Bu Nani Yang Nakal
Comments Off on Cerita Seks Bugil Sopir Bu Nani Yang Nakal
Cerita Seks: Kenikmatan Waktu Daftar Kuliah
Comments Off on Cerita Seks: Kenikmatan Waktu Daftar Kuliah
Cerita Dewasa Sex Nakalnya Anak ABG
Comments Off on Cerita Dewasa Sex Nakalnya Anak ABG
Cerita Kenangan Mahasiswa Di Cilegon
Comments Off on Cerita Kenangan Mahasiswa Di Cilegon