Cerita Sex Tante Zhara
Haloo Dik Tohir sebelum kamu mau bertemu denganku , tolong entar telepon dulu ya, aku sekarang di kamar hotel no. 224. Dengan singkat dan padat, pembicaraanku dengan mbak Zhara, kami sudah saling kenal kira kira 1 tahun , tapi jarang bertemu karena jarak antara aku dan mbak Zhara jauh alias beda kota, aku dikenalkan oleh mbak Zhara dari mbak Vian,
Singkatnya, pertemanan setengah tahun berjalan sebatas kirim e-mail dan telepon, tapi tentu saja dia yang telepon duluan. Mbak Zhara adalah janda beranak 2, dia bekerja di bidang Public Service sebuah perusahaan finance di kota J, tidak jelas bagaimana ia menjanda, yang pasti mantan suaminya orang melayu.
Dari yang kubayangkan selama ini lewat pembicaraan telepon, fisiknya sedang-sedang saja, hanya suaranya, ya.. suaranya yang aku ingat selalu, berat dan serak, mungkin karena dia perokok berat.
Berbekal uang recehan, aku datang ke hotel H, dan melalui public phone, aku telepon ke kamar 315. Cukup lama nada dering telepon aku dengar dan tidak ada yang mengangkat, tiba-tiba..“Halo..” lho kok suara laki-laki? pikirku.
“Maaf Mbak Zhara ada?”“Sebentar, dari siapa ini?”“Tohir, saya sudah janji untuk bertemu sore ini,”
“Tante, ada orang namanya Tohir, katanya mau ketemu..”Terdengar suara mengeras memanggil nama Zhara. Tante? Siapakah gerangan laki-laki ini?“Ya Dik Tohir, aduh maaf Tante masih terima Hand Phone dari teman di J, langsung aja deh naik.”
Begitu pintu terbuka, aku kaget, ternyata bayanganku tentang Mbak Zhara meleset seratus persen! Umurnya 37 tahun, sedang aku saat itu masih 25 tahun, kulitnya coklat, tidak cantik, cenderung gemuk tinggi tubuhnya yang 160 cm dengan berat 75 kg.
“Wah maaf ya, kenalin ini saudara Mbak di S, namanya Fredi, dia anak dari kakak Mbak yang paling tua, kebetulan sedang kuliah di sini ambil jurusan.. apa Di?”“Manajemen,” jawab Fredi singkat sambil berjabat tangan formal sekali.
“Semester berapa kamu Di?”“Baru semester dua kok Tante.”“Oh ya ini Tohir, dia yang membantu Tante urusan kantor di S,” jawabnya menutup-nutupi yang sebenarnya, dan aku mendukung apa yang dikatakannya.
“OK deh Tante, karena sudah ada Mas Tohir, Fredi permisi dulu, besok keretanya jam berapa sih, biar Fredi antar sama mama sekalian,” tawaran Fredi dijawab singkat Mbak Zhara.
“Ah, nanti aku telepon Mbak Ning deh, sekalian besok minta dijemput main ke rumahmu, salam buat mama dan papa ya, sampai ketemu besok.”
Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam,“Sampai dimana tadi Tohir.. oh ya, selamat berjumpa deh dengan Mbak Zhara? Bagaimana menurut Dik Tohir? Mbak Zhara gemuk ya? Hayoo jujur saja, nggak perlu bohong?”
“Iya, untuk ukuran Mbak Zhara memang tergolong gemuk, tapi nggak apa kok, lagian kami sudah akrab kan setengah tahun ini,” aku mencoba mencairkan suasana.Mbak Zhara menyulut sebatang rokok Mild dan menawariku,
“Terima kasih, aku lebih suka Dji Sam Soe Filter,” sambil ikut merokok kepunyaanku sendiri.“OK, sengaja aku tidak cerita fisik Tante, takut kalau Dik Tohir nggak mau ketemu.”“Ah Mbak Zhara salah mengira aku, aku tidak melihat wanita dari fisiknya kok, gemuk, kurus, cantik atau tidak,
China atau Pribumi, pendek atau tinggi, yang penting ‘permainan’-nya.”Tiba-tiba aku langsung nyerocos.“Lagi pula, aku juga tidak tampan dan bertubuh atletik kan? aku hanya laki-laki biasa yang beruntung bisa menemani beberapa wanita yang maaf lho Tante.. seperti.. Mbak Zhara ini.”
Tiba-tiba, belum selesai rokok satu batang, Mbak Zhara langsung merangkulku dan melumat bibirku. Didekapnya tubuhku, dan terasa sesak nafasku karena tubuhnya yang gemuk langsung menindihku di tempat tidur.
“Dik Tohir, sudah sembilan bulan ini Mbak Zhara belum merasakan sentuhan laki-laki, tolong Mbak Zhara ya.. oohhkk,” suaranya yang berat dan serak memecahkan kesadaranku untuk ikut melayani permainannya.
Bayangan tubuhnya yang gemuk sudah hilang dari pikiranku, karena untuk pertama kali ini, aku menemui wanita yang berani langsung tanpa pemanasan. Dan ciumannya aku akui sangat panas (mungkin karena sembilan bulan puasa).
Belum selesai permainan pertama, Mbak Zhara sudah mulai menanggalkan pakaiannya satu persatu. Dan hebatnya, sambil melepas pakaian, filmbokepjepang.net tangannya yang satu tidak berhenti meraba kemaluanku yang masih rapat tertutup celana. Aku sudah tegang sejak ia mempermaikan kemaluanku.
“Ookkhh, Tohir, tunjukkan dong sama Mbak, kemaluan kamu, sudah tegang tuh.. okkhh yeess,”Tidak sampai satu menit, kami berdua sudah polos. Tubuh yang gemuk itu, berukuran payudara sedang-sedang saja, tetapi rambut kemaluannya jelas terawat sekali, panjang, lebat tetapi lurus, dan sudah basah karena terangsang.
Batang kemaluanku langsung saja dituntun ke mulutnya, dan hisapannya.. “Aaauu, pelan-pelan Mbak, sakiit!” rupanya Mbak Zhara terlalu terburu-buru. Kubimbing dia untuk bermain pelan-pelan. “Terus Mbak! yaa, teerruss, ohh, pelan Mbak, ohh terus, nah begitu,” sambil mukanya maju-mundur, burungku terus dijilati seperti es krim.
Tidak perlu lama-lama menunggu, aku mulai ikut mempermainkan bibir kemaluannya. Karena sudah basah, aku tidak perlu kerja keras untuk mengajaknya memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya.
Dan rupanya Mbak Zhara masih ingin mengulum batang kemaluanku, walaupun sudah amat sangat keras dan tegang, apa boleh buat, aku hanya bisa menunggu giliran untuk menusuk lubang kemaluan yang sudah sangat basah itu.
“Ohhk my God, Mmmbakk,” suaraku bergetar, karena sudah ingin memuntahkan sperma. Sepuluh menit hanya mengulum saja, segera kupercepat gerakan, dan agak tersedak Mbak Zhara semakin liar menghisap kemaluanku.
Dan aku mengeluarkan sperma di mulut Mbak Zhara, tidak banyak, tapi cukup untuk memuaskan nafsuku yang pertama. Aku klimaks hanya dengan oral seks saja, dan Mbak Zhara masih mengulum habis sekalian membersihkan sisa sperma di kemaluanku. Dan lima menit kemudian, burungku sudah mulai bereaksi kembali.
Kali ini Mbak Zhara semakin bernafsu, dan belum tegang benar, aku sudah dikangkanginya, posisiku di bawah, dan Mbak Zhara di atasku. Wah, aku hampir sulit bernafas, sepertinya (sialan) kali ini aku benar-benar habis dikuasai permainan Mbak Zhara.
Dengan dibimbing tangan kiri Mbak Zhara, burungku digenggam dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Mmhh.. hangat terasa dan diikuti suara gesekan kemaluan dan dinding kemaluan sebelah dalam. Mbak Zhara mulai bergerak naik-turun, dan aku pasif saja menyaksikan apa yang sedang dikerjakan.
“Oh ya.. ohhkk yaa, uuchh,” Mbak Zhara sangat aktif sekali, gerakannya semakin tidak teratur, kini mulai bergerak maju-mundur, dan kadang-kadang menghentak, dan setengah melompat, seolah-olah ingin menancapkan burungku dalam-dalam ke lubang kemaluannya yang sudah sangat licin.
“Dik Tohir adduhh, gimana ini, oohh sshitt, aauuww, ohhkk,” entah teriakan apa lagi yang kudengar, Mbak Zhara semakin buas memainkan pinggulnya, tetapi sangat berirama dengan keluar-masuknya batang kemaluanku ke lubang kemaluan Mbak Zhara.
Tiba-tiba Mbak Zhara berputar membelakangiku dengan posisi masih di atas, dan batang kemaluanku tertancap di lubang kemaluannya, Mbak Zhara bertumpu dengan kedua kakinya dengan posisi jongkok kembali menaik-turunkan tubuhnya, ohhkk, sangat aktif sekali. filmbokepjepang.net Kini aku hanya melihat bagian pantatnya saja, sambil sesekali melihat gerakan kemaluanku yang sudah basah dilumuri cairan dinding kemaluan Mbak Zhara tampak keluar-masuk di lubang yang nikmat sekali.
“Oocchh, please.. huuhh.. hhuhh.. oohh ohh,” gerakannya makin cepat, dan kini jelas sangat tidak beraturan. Kasur seperti bergerak dihantam gelombang oleh permainan Mbak Zhara sedang aku hanya rebahan menikmati permainannya.
Dan tiba-tiba, dia memperlambat gerakannya dengan hujaman ke bawah yang sangat keras, dengan demikian burungku menusuk sangat dalam ke mulut kemaluannya. “Aauuhh,” sedikit sakit karena dipaksa.
Semakin lambat gerakan Mbak Zhara, tetapi suaranya makin kencang (semoga tidak terdengar sampai keluar). “Yeess.. yess.. yeess.. uuhh, aakkhh, aakhh, oohh, oh.. oh.. oh.. ohh.. yees, ouucchh.. oouucch, please, pleease.. pleeassee, aaoucchh, shhitt!” Hening, dalam sekali batang kemaluanku menusuk ke lubang kemaluan Mbak Zhara, dan dibiarkan tetap di dalam, sementara Mbak Zhara menggeliat, seolah ada gerakan otomatis di dinding kemaluannya yang mengurut-urut batang kemaluanku dengan gerakan menjepit dan melebar, menjepit kembali dan tiba-tiba hangat terasa, seperti ada cairan tambahan.
Ya, aku sampai pada puncak klimaksku, ketika dalam diam tersebut, ada gerakan otomatis dari dinding kemaluan Mbak Zhara, seolah-olah meremas kemaluanku dengan sangat teratur dan diselingi desiran cairan kental yang membuat licin, sehingga batang kemaluanku terasa berdenyut-denyut dipompa oleh dinding kemaluan Mbak Zhara.
Dan kejadian yang singkat ini berlangsung kurang dari setengah jam, adalah permainanku yang terakhir di kota S. Sekarang aku sudah di J, sekota dengan Mbak Zhara. Tetapi sejak di kota J ini, justru aku tidak pernah lagi berhubungan dengan Mbak Zhara.
Sejak kejadian yang pertama dengan Mbak Zhara, kami masih sempat bercinta 3 kali di kemudian hari, dan seperti permainan kami yang pertama, aku hanya diam saja menyaksikan permainan Mbak Zhara yang agresif dan kutunggu sesuatu yang istimewa, gerakan dinding kemaluannya, yang belum pernah kutemui dengan wanita yang lain.
Ketika pembaca membaca pengalamanku ini, aku beruntung dapat meneruskan hobiku di kota J ini, karena selalu saja ada pembaca yang ingin berkenalan dengan mengirimkan e-mail ke alamatku. Dan dari perkenalan tersebut, walaupun tidak semuanya, ada beberapa yang berani mencoba untuk bercinta denganku.
Dan kepada pembaca yang ingin berkenalan dan siapa tahu juga tertarik untuk mencoba, aku tunggu e-mailnya. Salam buat Zhara (yang melepas keperjakaanku, baca kisahku selanjutnya, Anggi, Mbak Vian (cewek Chinese yang seksi), Mbak Zhara (yang liar) yang sudah berbagi kepuasan denganku.Anda Ingin Tau.