Cerita Dewasa Jilbab Buas
- Home
- Ngentot berkerudung
- Cerita Dewasa Jilbab Buas
Cerita Dewasa Jilbab Buas
Cerita Dewasa – Sebelumnya perkenalkan nama saya Billy saya berumur 32 tahun, saya adalah seorang karyawan disalah satu perusahaan swasta, hampir sekitar 2 tahun saya bekerja pada seuah perusahaan yang bergerak dibidang pelelangan tanah. Di perusahaan itu saya memilki jabatan yang lumayan penting, karena saya yang selalu disuruh berangkat mensurvey dan mengedealkan lahan yang akan dibuat usaha itu benar-benar strategis. Saya sering bertemu dengan klien yang meminta bantuan perusahaan kami atau yang bekerja sama dengan perusahaan kami. Saya bisa menjadi kepercayaan oleh perusahaan dikarenakan saya sudah pernah memenangkan tender yang sangat besar, maka dari itu sekarang saya menjadi orang kepercayaan bos diperusahaanku.
Pada saat itu saya survey sebuah lokasi dan saya selalu ditemani oleh seorang teman kantor yang ditugaskan oleh kantor untuk menemani saya. Teman yang selalu menemani saya dia bernama Ibu Sela, dia tidak begitu cantik, tapi dia mempunyai senyuman yang sangat menggoda. Usia Ibu Sela ini sekitar 35 tahun, dia sudah bersuami dan mempunyai 2 orang anak. Walaupun dia sudah mempunyai 2 anak, tubuh Ibu Sela ini masih sangat sexy dan dia mempunyai payudara yang lumayan besar, kira-kira ukurannya 34C. Ditambah lagi dia mempunyai bokong yang semok. Oh iya Ibu Sela ini seorang ibu yang berhijab kawan-kawan. Ibu Sela ini sering sekali bekerja bersama saya, karena sudah lama selalu bekerja bersama, kami pun sudah akrab dan sering bercanda.
Selain Ibu Sela, saat ditugaskan untuk survey lokasi saya juga selalu diantar oleh sopir pribadi yang juga sudah lama bekerja dengan saya. dibalik kerudung Ibu Sela sempat saya menebak-nebak tentang gairah sex Ibu Sela ini, bahkan saya juga sempat menanyakan pada Ibu Sela saat kami keluar untuk survey. Dia hanya tersenyum dengan pertanyaanku yang menjurus soal hubungan sex. Saya menjadi tahu kalau Ibu Sela ini juga sebenarnya gak baik-baik banget, saya juga bisa mendapatkannya, tapi dia menutupinya dengan berkerudung saat dikantor. Saya juga sering menggodanya saat berada dikantor tapi tidak didepan teman-teman kantor, tapi ketika terlihat sepi, dan Ibu Sela selalu hanya membalas godaanku dengan senyuman yang sangat khas dari raut wajahnya.
Waktu itu hari sabtu saya mengambil cuti karena saya ingin istirahat dirumah, menenangkan pikiran dari segala urusan yang ada dikantor. Tapi tidak sesuai dengan harapanku, sekitar jam 10 siang saya ditelpon oleh atasanku dan saya ditugaskan untuk survey sebuah lahan dengan sebuah klien dari perusahaan. Dengan tidak bisa menolak saya pun menyanggupinya. Dan saya meminta kalau Ibu Sela diantar kerumahku. Segera saya bergegas tata-tata, menyediakan segala sesuatu yang saya perlukan. Dan setengah jam kemudian Ibu Sela sampai kerumahku dengan diantar sopir perusahaan. Saya mempersilahkannya masuk dirumahku dulu sambil menunggu aku bersiap. Istriku dengan Ibu Sela juga sudah kenal karena saya sudah cerita tentang Ibu Sela jadi istriku gak masalah.
Setelah saya selesai, saya mencari sopirku, dan setelah saya panggil istriku yang menjawab, kalau sopirku pagi tadi ijin untuk mengantar istrinya kerumah sakit. Jadi terpaksalah saya menyetir mobil sendiri. Dan saya langsung berpamitan dengan istriku. Saya dan Ibu Sela lalu masuk mobil dan kami pun langsung meninggalkan rumah. Obrolan kami di perjalanan menuju lokasi, hanya menyangkut masalah-masalah bisnis yang ada kaitannya dengan Ibu Sela. Tidak ada sesuatu yang menyimpang. Bahkan setelah tiba di lokasi, saya tidak berpikir yang aneh-aneh. Bahkan saya jengkel juga ketika pemilik tanah itu tidak ada di tempat, harus dijemput dulu oleh keponakannya yang segera meluncur di atas motornya.
Kami duduk saja di dalam mobil yang diparkir menghadap ke kebun tidak terawat, yang rencananya akan dijadikan perumahan oleh kenalanku yang seorang developer. Situasi sepi sekali. Karena kami berada di depan kebun yang mirip hutan. Pepohonan yang tumbuh tidak dirawat sedikit pun. Tapi situasi yang sepi itu, entah kenapa tiba-tiba saja membuatku iseng untuk memegang tangan Ibu Sela. sambil berkata,
“Bisa 2 jam kita harus menunggu di sini, Bu”, kataku sambil memegang tangan Bu Sela.
“Iya Pak”, sahutnya tanpa menepiskan genggamanku.
“Sabar aja ya Pak….di dalam bisnis memang suka ada ujiannya”, Saya terdiam.
Tapi tanganku tidak diam. Saya mulai meremas tangan wanita 30 tahunan itu, yang makin lama terasa makin hangat. Dia bahkan membalasnya dengan remasan. Apakah ini berarti, ah… pikiranku mulai melayang-layang tidak menentu. Mungkin di mana-mana juga lelaki itu sama seperti saya. Dikasih hati minta ampela. Remas-remasan tangan tidak berlangsung lama. Kami bukan remaja lagi. Masa cukup dengan remas-remasan tangan? Sesaat kemudian, lengan kiriku sudah melingkari lehernya. Tangan kananku mulai berusaha membuka jalan agar tangan kiriku bisa menyelusup ke dalam bajunya yang sangat tertutup dan bertangan panjang. Ibu Sela diam saja. Dan akhirnya saya berhasil menyentuh payudaranya. Tapi dia tiba-tiba menepiskan tanganku.
“Duduknya di belakang saja Pak…di sini bisa dilihat orang…”, katanya sesaat kemudian.
“Ohh… Hatiku melompat kegirangan dan bersorak sorai”.
Karena ucapannya itu mengisyaratkan bahwa dia juga mau !
“Kenapa mendadak jadi begini Pak?”, tanya wanita behijab itu ketika kami sudah duduk di jok belakang, pada saat tanganku berhasil menyelinap ke baju tangan panjangnya dan ke balik BH nya.
“Gak tau kenapa ya?”, sahutku sambil meremas payudaranya yang terasa masih kencang, mungkin karena rajin merawatnya.
“ Tapi Pak…uuuuhhhh…..kalau saya jadi terangsang gimana nih?”, wanita itu terpejam-pejam sambil meremas-remas lututku yang masih berpakaian lengkap.
“Kita laksanakan saja kebutuhannya… asal Ibu Sela gak keberatan….”, tanganku makin berani, menyelinaplah ke balik rok panjangnya, lalu menyelundup di balik celana dalamnya.
Tanganku sudah menyentuh bulu kemaluannya yang terasa lebat sekali. Kemudian menyeruak ke bibir kemaluannya, bahkan mulai menyelinap ke celah memeknya yang terasa sudah membasah dan hangat.
“Masa di mobil?”, protesnya.
“Kata orang mobil jangan dipakai gituan, bisa bikin sial…”.
“Emang siapa yang mau ngajak begituan di mobil? Ini kan perkenalan aja dulu…”, Kata saya pada waktu jemariku mulai menyelusup ke dalam lubang kemaluan Ibu Sela yang terasa hangat dan berlendir.
“Duh Pak…saya jadi kepengen nih… kita cari penginapan aja dulu yuk. Bilangin aja sama orang-orang di sini kalau kita mau datang lagi besok”, bisiknya sambil memeluk tubuhku erat-erat.
“Iya sayang”, bisikku,
“Sekarang ini memiliki dirimu lebih penting daripada ketemuan dengan pemilik tanah itu…”.
“Ya sudah dulu dong”, Ibu Sela menarik tanganku yang sedang mempermainkan kemaluannya.
“Nanti kalau saya gak bisa nahan di sini kan berabe. Nanti aja di penginapan saya kasih semuanya…”, saya ketawa kecil.
Lalu pindah duduk ke belakang setir lagi. Tidak lama kemudian mobilku sudah meluncur di jalan raya. Persetan dengan pemilik tanah itu. Sekarang ini yang terpenting adalah tubuh Ibu Sela, yang jelas sudah siap diapakan saja. Dengan mudah kudapatkan hotel kecil di luar kota, sesuai dengan keinginan Ibu Sela, karena kalau di dalam kota bisa kepergok oleh orang-orang yang kami kenal. Soalnya saya punya istri, Ibu Sela pun punya suami. Hotel itu cuma hotel sederhana. Tapi lumayan, kamar mandinya pakai shower air panas. Tidak pakai AC, karena udaranya cukup dingin, rasanya tidak perlu pakai AC di sini.
Yang penting adalah wanita behijab itu yang kini sedang berada di dalam kamar mandi, mungkin sedang cuci-cuci dulu. Sementara saya sudah tidak sabaran menunggunya. Ketika dia muncul di ambang pintu kamar mandi, saya terpana dibuatnya. Rambutnya yang tidak ditutupi apa-apa lagi, tampak tergerai lepas panjang, lebat, dan ikal. Jujur, dia tampak jauh lebih sexi, apalagi kalau mengingat bahwa dia 5 tahun lebih muda daripada istriku. Rok bawahnya tidak dikenakan lagi, sehingga pahanya yang putih mulus itu tampak jelas di mata saya.
Saya bangkit menyambutnya dengan pelukkan hangat.
“Ibu Sela kalau gak pake jilbab malah tampak lebih cantik….muuuahhhhh…”, kata saya diakhiri dengan kecupan hangat di pipinya.
Dia memegang pergelangan tanganku sambil tersenyum manis. Dan kuraih pinggangnya, sampai berada di atas tempat tidur yang lumayan besar. Lalu kami bergumul mesra di atas tempat tidur itu. Ibu Sela tidak pasif. Berkali-kali dia memagut bibirku. Saya pun dengan tidak sabar menyingkapkan baju lengan panjangnya. Dan…ah…rupanya tidak ada apa-apa lagi di balik baju lengan panjang itu selain tubuh Ibu Sela yang begitu mulus. Payudaranya tidak sebesar payudara istriku. photomemek.com Tapi tampak indah di mata saya. Tidak ubahnya payudara seorang gadis belasan tahun. Dan ketika pandanganku melayang ke bawah perutnya, tampak sebentuk kemaluan wanita yang berambut tebal, sangat lebat. Saya pun mulai beraksi.
Mengecupi lehernya yang hangat, sementara tanganku mulai mengelus bulu kemaluan yang lebat keriting itu. Ibu Sela pun tidak tinggal diam, mulai melepaskan kancing kemeja saya satu persatu, lalu menanggalkan kemeja saya. Untuk mempermudah, saya pun menanggalkan celana panjang dan celana dalamku. Sehingga batang kemaluanku yang sudah tegak kencang ini tidak tertutup apa-apa lagi. Ibu Sela melotot waktu melihat batang kemaluanku yang sudah tidak tertutup apa-apa ini.
“Iiiih… punya Bapak kok panjang gede gitu… Hmmm… si ibu pasti selalu puas ya…”, desisnya.
“Emang punya suami Ibu Sela seperti apa?”, tanya saya.
“Jauh lebih pendek dan kecil”, bisik Ibu Sela sambil merangkulku dengan ketat, seperti gemas.
Kembali kuciumi lehernya yang mulai keringatan, lalu turun… mengecupi puting payudaranya. Kusedot-sedot seperti anak kecil sedang menetek, sambil mengelus-eluskan ujung lidahku di putting payudara yang terasa makin mengeras ini. Sementara tanganku tidak hanya diam. Jemariku mulai mengelus bibir kemaluan wanita itu, bahkan mulai memasukkan jari tengahku ke dalam lubang kemaluannya. Ibu Sela sendiri tidak cuma berdiam diri. Tangannya mulai menggenggam batang kemaluanku. Meremasnya dengan lembut. Mengelus-elus puncak penisku, sehingga saya makin bernapsu. Tapi saya sengaja ingin merasayakan pemanasan selama mungkin, supaya meninggalkan kesan yang indah di kemudian hari. Maka setelah puas mengenyoti puting payudara wanita itu, bibirku turun ke arah perutnya. Menjilati pusarnya sesaat, Lalu turun ke bawah perutnya.
“Pa jangan ke situ ah…gelii…”, Ibu Sela berusaha menarik kepala saya agar naik lagi ke atas.
Tapi saya bahkan mulai menciumi kemaluannya yang berbulu lebat itu. Lalu jemariku menyibakkan bulu kemaluan wanita itu, mengangakan bibirnya dan mulai menjilatinya dengan gerakan dari bawah ke atas.
“Aduh Pak…ini diapain ? Aaah…kok enak sekali Pak…”, Ibu Sela mulai menceracau tidak menentu.
Lebih-lebih ketika saya mulai mengarahkan jilatanku di clitorisnya, terkadang menghisap-hisapnya sambil menggerak-gerakkan ujung lidahku.
“Oooh Pak… oooh… Pak…. iiiih… saya udah mau keluar nih… duuuhhhhhh…”, celotehnya membuatku buru-buru mengarahkan batang kemaluanku ke belahan memeknya yang sudah basah.
Dan kudesakkan sekaligus… “Blessss….” agak mudah membenam ke dalam liang surgawi yang sudah banyak lendirnya itu.
“Aduuuduuuhhhh…sudah masuk Paaakk…..oooohhhh….”, Ibu Sela menyambutku dengan pelukan erat, bahkan sambil menciumi bibirku sambil menggerak-gerakkan bokongnya.
“Sa…saya gak bisa nahan lagi… langsung mau keluar Paaak… tadi sih terlalu dienakin…oooh…”, Lalu terasa tubuh wanita itu mengejang dan mengelojot seperti sekarat.
Rupanya dia tidak bisa menahan lagi. Dia sudah klimaks….terasa lubang kemaluannya berkedut-kedut, lalu jadi becek.
“Barusan kan baru klimaks pertama”, bisikku yang mulai gencar mengayun batang kemaluanku, maju mundur di dalam celah kemaluan Ibu Sela.
Beberapa saat kemudian wanita itu merem melek lagi, bahkan makin gencar menggoyang-goyang pinggulnya, sehingga batang kemaluanku serasa dibesot-besot oleh lubang surgawi Ibu Sela. Saya tahu goyangan bokongnya itu bukan sekadar ingin memberikan kepuasan untukku, tapi juga mencari kepuasan untuknya sendiri. Karena pergesekan penisku dengan lubang kemaluannya jadi makin keras, kelentitnya pun berkali-kali terkena gesekan penisku.
“Adduuuh, duuuh… Pak… kok enak sekali sih Pak… aaah… saya bisa ketagihan nanti Pak…”, celotehnya dengan napas tersengal-sengal.
“Saya juga bisa ketagihan”, sahutku setengah berbisik di telinganya, sambil merasakan enaknya gesekan dinding lubang kemaluannya.
“Memekmu enak sekali, sayang… duuuuh… benar-benar enak sekaliii….”, Saya memang tidak berlebihan.
Entah kenapa, rasanya persetubuhanku kali ini terasa fantastis sekali. Mungkin ini yang disebut SII (Selingkuh Itu Indah). Padahal posisi kami cuma posisi klasik. Goyangan bokong Ibu Sela juga konvensional saja. Tapi enaknya luar biasa. Dalam tempo singkat saja keringatku mulai bercucuran. Ibu Sela pun tampak sangat menikmati enjotan batang kemaluanku. Sepasang kakinya diangkat dan ditekuk, lalu melingkari pinggangku, sementara rengekan-rengekannya tiada henti terlontar dari mulutnya.
“Ooooh… oooh… hhmmm… aaahhhhh… oooh… aaaaah… aduuuh Paaak… enak Pak… duuuuh… mmmmhhhhh… saya mau keluar lagi nih Paaak…”.
“Kita barengin keluarnya yok…”, bisikku sambil mempergencar enjotan batang kemaluanku, maju mundur di dalam lubang kewanitaan Ibu Sela.
“I…iya Pak….bi…bi…biar nikmat….”, sahutnya sambil mempergencar pula ayunan pinggulnya, meliuk-liuk cepat dan membuat batang kemaluanku seperti dipelintir oleh dinding lubang kemaluan wanita yang licin dan hangat itu.
Sampai pada suatu saat kuremas-remas buah dada wanita itu, mata saya terpejam, napasku tertahan, batang kemaluanku membenam sedalam-dalamnya. Lalu kami seperti orang-orang kesurupan, sama-sama berkelojotan di puncak kenikmatan yang tiada taranya. Air maniku terasa menyemprot-nyemprot di dalam lubang memek Ibu Sela. Lubang yang terasa berkedut-kedut.
Lalu kami sama-sama terkapar, dengan keringat bercucuran,
“Ini yang pertama kalinya saya digauli oleh lelaki yang bukan suami saya…”, kata Ibu Sela sambil membiarkan batang kemaluanku tetap menancap di dalam memeknya.
Kujawab dengan kecupan hangat di bibirnya yang sensual,
“Sama, saya juga baru sekali ini merasakan bersetubuh dengan wanita yang bukan istri saya. Terimakasih sayang…mulai saat ini Ibu Sela jadi istri rahasia saya…”.
“Dan Bapak jadi suami kedua saya… iiih… kenapa tadi kok enak sekali ya Pak ?”.
“Mungkin kalau dengan pasangan kita sendiri sudah terlalu biasa, nggak ada yang aneh lagi. Tapi barusan dilepas di dalam… nggak apa-apa ?”.
“Nggak apa-apa”, sahutnya dengan senyum manis, mata bundar beningnya pun bergoyang-goyang manja.
“Saya kan ikut program KB sejak kelahiran anak kedua…”.
“Asyik dong, jadi aman….”
“Saya pasti ketagihan Pak… soalnya punya Bapak panjang gede gitu…”, Kata-kata Ibu Sela itu membuat napsuku bangkit lagi.
Dan batang kemaluanku yang masih terbenam di dalam memeknya, terasa mengeras lagi. Maka kucoba menggerak-gerakkannya, ternyata memang bisa dipakai “bertempur” lagi. Batang kemaluanku sudah mondar mandir lagi di dalam lubang memek Ibu Sela yang masih banyak lendirnya tapi tidak terlalu becek, bahkan lebih mengasyikkan karena saya bisa mengentot dengan gerakan yang sangat leluasa tanpa kehilangan nikmatnya sedikit pun. Bahkan ketika saya menggulingkan diri ke bawah, dengan aktifnya Ibu Sela action dari atas tubuhku.
Setengah duduk dia menaik turunkan pinggulnya, sehingga saya cukup berdiam diri, hanya sesekali menggerakkan batang kemaluanku ke atas, supaya bisa masuk sedalam-dalamnya. Posisi di bawah ini membuatku leluasa meremas-remas payudara Ibu Sela yang bergelantungan di atas wajahku. Terkadang kuremas-remas juga bokongnya yang lumayan besar dan padat. Tapi mungkin posisi ini terlalu enak buat Ibu Sela, karena moncong penisku menyundul-nyundul dasar lubang memeknya. Dan itu membuatnya cepat klimaks. Hanya beberapa menit dia bisa bertahan dengan posisi ini. Tidak lama kemudian dia memeluk leherku kuat-kuat, seperti hendak meremukkannya.
Lalu terdengar erangan nikmatnya,
“Aaaahhhh… saya keluar lagi Paaaak…”, Kemudian dia ambruk di dalam dekapanku.
Tapi saya seolah tidak peduli bahwa Ibu Sela sudah klimaks lagi. Butuh beberapa saat untuk memulihkan vitalitasnya kembali. Tidak perlu vitalitas. Yang jelas batang kemaluanku sedang enak-enaknya mengenjot memek teman bisnisku ini. Lalu saya menggulingkan badannya sambil kupeluk erat-erat, tanpa mencabut batang kemaluanku dari dalam memeknya yang sudah klimaks kesekian kalinya. Ibu Sela memejamkan matanya waktu saya mulai mengentotnya lagi dengan posisi klasik, dia di bawah saya di atas.
Tapi beberapa saat kemudian dia mulai aktif lagi. Mendekapku erat-erat sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan meliuk-liuk. Saya pun makin ganas mengentotnya. Tapi dia tidak mau kalah ganas. Gerakan bokongnya makin lama makin dominan. Membuatku berdengus-dengus dalam kenikmatan yang luar biasa.
“Oooh…enak banget Paaak… sa…saya mau keluar lagi… kita barengin lagi Pak… ta…tadi juga enak sekali…”, celotehnya setelah batang kemaluanku cukup lama mengentot lubang memeknya.
Saya setuju. Kuenjot batang kemaluanku dengan kecepatan tinggi, maju-mundur, maju-mundur, sampai akhirnya kami sama-sama berkelojotan lagi. Saling cengkram, saling lumat, seolah ingin saling meremukkan dan akhirnya air maniku menyemprot-nyemprot lagi di puncak kenikmatanku, diikuti dengan rintihan lirih Ibu Sela yang sedang mencapai klimaks pula.
“Kita kok bisa tiba-tiba begini ya?”, cetus Ibu Sela waktu sudah mengenakan pakaiannya lagi.
“Iya…dari rumah aja gak ada rencana… tapi tadi mendadak ada keinginan… untunglah Bu Sela gak menolak… terimakasih ya sayang”, sahutku dengan genggaman erat di pergelangan tangannya, kemudian kukecup mesra bibirnya yang tipis mungil itu.
Wanita itu tersenyum. Memeluk pinggangku sambil berkata perlahan,
“Kita harus berterima kasih pada pemilik tanah itu, ya Pak. Gara-gara dia gak ada di tempat, kita jadi ada acara mendadak begini”, Saya mengangguk dengan senyum.
Sementara hatiku berkata,
“Gara-gara sopirku gak masuk pula, saya jadi punya kisah seperti ini. Kalau ada dia, saya tentu tidak akan sebebas ini”.
Sore itu kami pulang ke rumah masing-masing, dengan perasaan baru. Bahkan malamnya, ketika istriku sudah tertidur pulas, saya masih sempat smsan dengan Ibu Sela. Salah satu smsnya berbunyi:
“Puas banget… punya saya sampe terasa seperti jebol… punya bapak kegedean sih…”
“Kapan kita ketemuan lagi?”, Kujawab singkat,
“Kapan pun saya siap..”, Satu kisah indah telah tercatat di dalam kehidupanku. Yang tidak mungkin kulupakan sampai kapanpun……………….
Related Posts
Cerita Sex : Raisa SMU Jilbab Ganas
Comments Off on Cerita Sex : Raisa SMU Jilbab Ganas
Bercinta dengan Calon Dokter Jilbab Sexy
Comments Off on Bercinta dengan Calon Dokter Jilbab Sexy
Cerita Sex Threesome Dengan Gadis Kembar Berjilbab
Comments Off on Cerita Sex Threesome Dengan Gadis Kembar Berjilbab