Cerita Dewasa Fiksi Shireen Sungkar

Cerita Dewasa Fiksi Shireen Sungkar

Cerita Dewasa Fiksi Shireen Sungkar

Cerita Dewasa Fiksi Shireen Sungkar

 

Ini adalah cerita dewasa fiksi alias cuma sekedar fan fiction karangan khontol xxx pada 18 Desember 2012 silam. Ingat ya, Cerita Dewasa Fiksi Shireen Sungkar ini cuma cerita fiksi. Met baca aja.

Namaku Irwansyah, usiaku 26 tahun. Aku baru saja menikah dengan Zaskia Sungkar, seorang istri yang lumayan cantik. Zaskia mempunyai adik, Shireen sungkar namanya. Sejak aku pindah rumah sendiri, Shireen ikut tinggal bersama kami. Ini untuk menunjang karirnya agar The Sister, band yang dibentuk bersama Zaskia, tetap bisa jalan. Shireen ingin agar chemistry dengan kakaknya tetap terjalin.

 

Kehidupan rumah tanggaku bersama Zaskia sangatlah harmonis, aku sangat mencintainya dan ia juga sangat mencintaiku. Hubungan seks kami tergolong sangat-sangat intens, karena masing-masing dari kami memang hyper dalam urusan seks. Minimal kami melakukannya sehari sekali. Seks sudah seperti menu wajib sebelum atau sesudah tidur bagi kami, kecuali ada sesuatu hal yang kami tidak dapat melakukannya.

 

Hingga suatu waktu aku divonis lumpuh pada kaki oleh dokter setelah aku mengalami tabrak lari. Hari-hariku kulalui di atas kursi roda. Aku diputus kontrak oleh manajemenku dengan alasan efisiensi karena aku dinilai sudah tidak bisa optimal lagi dalam berakting. Tiga bulan Zaskia merawatku, sering aku dimandikan olehnya.

 

Tapi meski aku lumpuh, hasrat seksualku masih sangat tinggi. Hanya saja aku sekarang jadi mengalami ejakulasi dini. Dengan kondisi lumpuh itu, biasanya aku bersetubuh dengan Zaskia dalam posisi terlentang. Istriku mengambil posisi di atas, kadang tengkurap atau duduk di atasku. Aku hanya diam dengan senjata yang tegang, Zaskia yang beraksi memaju mundurkannya. Aku bisa bertahan hanya kurang dari 30 detik. Zaskia sering bilang kalau dia belum orgasme dan dia sangat mendambakan itu, seperti saat pertama kami menikah dulu. Akibatnya, makin lama intensitas seks kami semakin berkurang karena ketidak puasannya, akupun mencoba memahaminya.

 

Menginjak bulan ke empat, tabunganku mulai menipis. Sudah banyak uang yang kukeluarkan untuk biaya berobat. Untuk menutupinya, Zaskia terpaksa harus mulai mencari pekerjaan dengan mengambil semua kontrak yang datang, padahal dulu awal menikah, dia kularang untuk bekerja karena aku ingin dia fokus menjadi ibu rumah tangga. Sedangkan Shireen yang tidak begitu sibuk, kini untuk sementara mengambil alih tugas kakaknya untuk merawatku. Sejak saat itu semua kebutuhan keluarga mutlak di penuhi oleh istriku Zaskia. Dia jadi tulang punggung keluarga.

 

Semakin hari istriku semakin sibuk dengan pekerjaannya, tak jarang dia pulang larut malam. Pertengkaran-pertengkaran pun mulai mewarnai kehidupan rumah tangga kami. Meski hasrat seksku masih tinggi, aku sudah tidak melakukannya lagi. Aku berusaha meredam hasrat itu meski kadang aku tak bisa tidur sampai pagi.

 

Suatu hari Shireen bercerita kalau dia melihat Zaskia di sebuah mall dengan seorang laki-laki teman mainnya di sebuah sinetron. Sejak saat itu timbul kecurigaanku dan aku pun memerintahkan Shireen untuk menyelidikinya. Ternyata menurut penyelidikan yang Shireen lakukan, Zaskia telah berselingkuh dengan laki-laki itu. Aku sangat marah, rasanya sakit sekali hati ini. Aku merasa harga diriku diinjak-injak, hingga malam itu terjadilah pertengkaran besar antara aku dan Zaskia ketika dia baru pulang syuting. Shireen yang melihat pertengkaran itu hanya bisa menangis.

 

Aku mulai enggan untuk tidur sekamar dengan Zaskia. Terkadang aku tidur di sofa, atau di kamar depan yang kosong. Tapi meski hubungan antara kami sudah kacau, tidak pernah sekalipun Zaskia meminta cerai. Dengan kondisi keluarga yang seperti itu, aku tak berdaya. Ingin sekali rasanya untuk menceraikanya, tapi dengan kondisiku yang seperti ini, apa mungkin aku bisa melanjutkan hidupku? Sedangkan semua kebutuhan keluarga, Zaskia lah yang menanggungnya. Aku merasa sangat terpuruk sekali, merasa hidupku sudah tidak berarti lagi. Yang aneh, meski Zaskia tahu Shireen lah yang menceritakan hubungan gelapnya, dia tidak marah dengan gadis itu. Sikapnya tidak berubah, seperti tidak pernah terjadi masalah.

 

Suatu pagi saat aku bangun tidur dengan burungku yang berdiri, aku bingung harus kemana melampiaskan hasratku. Dengan Zaskia tidak mungkin mengingat kondisi hubungan kami, lagipula dia sudah berangkat kerja. Lalu aku teringat Shireen, dalam hati aku berkata. “Mungkinkah dia mau melakukannya?” Terlanjur konak, akhirnya aku pun nekat menyusun rencana.

 

Aku menghampiri Shireen yang sedang menonton televisi. “Shireen, kakak mau mandi, tolong kamu mandiin ya!”

 

“Baik, kak. Tapi sebentar ya, filmnya sudah mau selesai.” jawabnya.

 

Sebenarnya aku tidak selalu dimandikan olehnya, hanya terkadang saja kalau aku sedang malas. Setelah film selesai, Shireen langsung menghampiriku dan mendorong kursi rodaku sampai ke kamar mandi. Biasanya kalau aku sedang dimandikan, kamar mandi tidak pernah ditutup karena aku memang tidak bugil, hanya mengenakan celana pendek tanpa cd. Tapi pada saat itu aku telah merencanakan sesuatu.

 

“Shireen, tolong pintunya ditutup!” kataku.

 

“Baik, kak.” tanpa bertanya apa-apa, Shireen menuruti perintahku.

 

Sebelum dia selesai menutup pintu, aku kembali bicara. “Sekalian di kunci ya!”

 

Shireen pun menguncinya. Saat dia sedang menyabuniku, aku memberanikan diri untuk bicara. “Shireen, kamu pernah bilang kalau kamu sayang kakak, dan kamu mau melakukan apa saja demi membahagiakan kakak.”

 

“Iya, kak Irwan. Selama Shireen mampu, Shireen mau melakukan apa saja asal kakak bahagia. Kak Irwan sudah berjasa banyak bagi kemajuan karir Shireen, makanya Shireen sayang sekali sama kakak. Shireen ga mau kehilangan kakak, jangan bercerai dengan kak Zaskia ya, kak?!” jawabnya.

 

Aku berpikir sejenak, lalu. “Shireen, kamu tahu kan selama beberapa bulan ini kakak sudah tidak sekamar lagi dengan kak Zaskia?” tanyaku.

 

“Iya, kak, Shireen tahu.” dia menjawab.

 

“Berarti Shireen tahu dong kalau kebutuhan biologis kakak tidak terpenuhi?” karena sudah begitu bernafsu, celana pendekku sudah menggelembung besar saat itu.

 

“Tahu, kak.” Tapi entah Shireen pura-pura atau memang tidak menyadari hingga tidak memperdulikan kondisi itu.

 

Aku yang sudah tak tahan, segera memerintahkan kepadanya, “Tolong Shireen, buka celana kakak!” Aku memang selalu memakai celana pendek tanpa cd kalau sedang dimandikan.

 

Shireen memandangku sebentar, lalu langsung membuka celanaku. Posisiku duduk di kursi baso yang sengaja kupakai untuk mandi, sehingga Shireen agak kesulitan membukanya. Setelah celana itu terlepas, terlihat burungku yang dari tadi sudah berdiri. Shireen tidak berani memandanginya, dia hanya menunduk.

 

“Shireen, tolong sabuni itu.” aku menunjuk ke arah burungku. Pelan Shireen meraihnya dan menyabuni tanpa melihat ke arah penisku. Sentuhan tangannya membuatku semakin bergairah, seperti ada aliran listrik yang mengaliri seluruh tubuhku.

 

“Dikocok dong, Shireen. Kakak sudah lama gak merasakannya.” pintaku. Aku benar-benar sudah tak tahan, apalagi saat itu aku melihat pemandangan yang sangat menggairahkan. Di depanku, Shireen tengah mengenakan kaos putih tipis hingga saat terkena percikan air menjadi tampak transparan. Aku bisa melihat jelas bentuk payudaranya meski masih terbungkus bra

 

“Iya, kak.” Shireen menyanggupi. Ia pun mengocok burungku hingga setengah menit kemudian cairanku keluar membasahi tangannya, sangat banyak sekali hingga meluber ke lantai, beberapa bahkan ada yang muncrat ke mukanya. Itu mungkin karena aku sudah lama tidak ML. Ah, nikmatnya. Aku jadi enteng, sementara Shireen kulihat sangat malu.

 

“Maafkan kak Irwan, Shireen.” kataku tulus.

 

“Iya, kak. Gak apa-apa kok. Shireen rela asal kakak senang.” jawabnya.

 

Pada sore harinya, aku kembali memintanya untuk memandikanku, dan seperti yang tadi pagi, kuperintahkan Shireen untuk mengunci kamar mandi dan membuka celanaku.

 

“Shireen, kamu mau mengulum punya kayak?” tanyaku nekad.

 

“Mau, kak.” sahut Shireen tanpa berpikir. Dan dia pun memegang burungku dan memasukkannya ke dalam mulut. Dia tidak bisa berpaling lagi seperti tadi pagi, mau tidak mau dia jadi melihat burungku. Dengan lembut Shireen memainkan burungku dengan lidahnya. Tak pernah kuduga, ternyata dia terlatih melakukannya hingga aku pun makin bergairah karenanya.

 

Yang makin membuatku cenat-cenut, pada saat dia mengulum penisku, dari sela kerah kausnya aku bisa melihat jelas dua buah gunung kembar miliknya yang masih tertutup bra warna hitam. Hmm, lumayan besar juga. Tidak kalah dengan punya Zaskia. Detak jantungku jadi makin tak karuan. Dalam hati aku bertanya, “Bagaimana dengan seks? Dapatkah dia mengabulkanya?”

 

Akhirnya, karena sudah tak tahan lagi, aku pun berspekulasi. “Buka aja kaos kamu, Shireen, nanti basah.” kataku.

 

Di luar dugaan, Shireen melakukannya. Bahkan dia juga membuka branya. Aku sangat terkejut sekali, tak menyangka kalau akan begini mudah. Melihat dua buah bukit kembarnya yang indah, akupun langsung menarik tangan gadis itu dan melumat kedua bulatan payudaranya bergantian. Kuhisap-hisap putingnya yang mungil dengan rakus sambil terus kujilati permukaannya yang putih mulus tanpa cacat. Puas aku bermain-main dengan buah dadanya, kuminta Shireen untuk melanjutkan mengulum penisku. Aku yang sudah sangat bergairah, seperti biasa, jadi tidak tahan lama. Tiga detik kemudian keluarlah spermaku di dalam mulutnya. Aku melihat Shireen tidak memuntahkanya.

 

“Kamu telan sperma kakak, ya?” tanyaku.

 

“Iya, kak.” jawab Shireen pelan. Mulutnya masih belepotan sperma.

 

“Memang nggak jijik?” kuusap yang sedikit meleleh di sudut bibirnya.

 

“Nggak, kak. Sudah sering soalnya.” sahutnya mengejutkanku.

 

justify;”>”Hah?!” aku benar-benar tak percaya. Ternyata di balik wajah lugunya, dia cukup nakal juga.

 

“Aldi Fairuz dan Teuku Wisnu juga sering minta kuhisap kayak gini.” kata Shireen terus terang.

 

Ah, Shireen, tahu gitu sudah kuminta kamu melakukan ini sejak dulu, batinku dalam hati.

 

***

 

Semakin hari, permainan terlarangku dengannya semakin meningkat, tanpa ada seorang pun yang tahu skandal itu. Shireen mulai berani bugil tanpa busana kalau sedang memandikanku, dan akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Segera kulumat habis vaginanya. Shireen terlihat sekali begitu menikmatinya, mungkin pacar-pacarnya juga sering melakukan itu kepadanya. Biasanya Shireen duduk di atas bak mandi dan aku duduk di kursi yang posisinya lebih rendah sehingga memudahkanku untuk mempermainkan lubang kewanitaannya. Dan sama seperti Shireen yang tidak membuang air maniku, aku pun juga tidak mau melewatkan sensasi menelan cairan cintanya. Sungguh luar biasa rasanya.

 

Kebiasaan Zaskia pulang malam masih berlanjut, hingga pada suatu malam aku tidak bisa tidur dan merasa sangat bergairah sekali. Aku lihat Shireen sedang menonton teve sendirian. Aku pun berjalan dengan kursi rodaku menghampirinya.

 

Shireen menoleh ke arahku dan bertanya, “Kenapa kak, kok belum tidur?”

 

“Badanku pegel-pegel nih, kamu bisa mijit kakak?” pintaku.

 

Shireen pun menghampiriku dan mulai memijit pundakku. “Kita ke kamar kamu aja, kakak mau sambil tiduran.” kataku lagi.

 

Shireen pun mendorong kursi rodaku, menuju kamarnya. Setelah aku dibaringkan di ranjang, dia mulai memijitku tanpa rasa sungkan. Shireen memijit seluruh badanku yang dalam posisi telanjang badan, hanya memakai celana pendek tanpa cd seperti biasanya.

 

“Shireen, buka celana kakak dong!” seruku serak, tanda sudah birahi.

 

Pengalaman selama ini membuat Shireen mengerti arah pembicaraanku. Dia pun menimpali. “Baik kak, Shireen mau mengunci pintu dulu.”

 

Setelah kembali dari mengunci pintu Shireen langsung membuka celanaku dan langsung mempermainkan batangku yang sudah menegang, dengan lembut dia mengulumnya. Sambil mengulum, Shireen juga membuka baju, bra, dan celananya. Terlihatlah tubuh indah adik iparku itu tanpa busana. Kami segera berciuman mesra bagaikan sepasang suami istri, posisiku di bawah dan Shireen menindihku. Kulumat habis buah dadanya yang belum tumbuh sempurna. Desahan demi desahan terlontar dari mulutnya yang semakin membuatku bergairah.

 

Kemudian kami merubah posisi menjadi 69. Vagina Shireen tepat berada di depan mukaku. Segera kulumat lembut benda itu dengan menggunakan lidahku, kuhisap-hisap klitorisnya yang mungil hingga Shireen menggelinjang penuh kenikmatan. Permainan lidah Shireen juga tak kalah hebatnya. Dia mengulum dalam-dalam batang kemaluanku hingga mulutnya penuh. Aku yang tidak bisa tahan lama, sebentar saja sudah memuncratkan spermaku. Sekali lagi Shireen menelannya.

 

Sesaat kami saling terdiam. Tak lama kemudian Shireen kembali mengocok penisku yang saat itu mulai melembek. Dia berusaha untuk membangunkannya lagi. Usahanya berhasil, tak lama penisku sudah tegang lagi. Kami pun memulai permainan ronde kedua. Kusangka kami akan tetap dalam posisi 69, tapi Shireen tiba-tiba bangkit dan duduk di atas kemaluanku. Dia gesek-gesekkan panisku yang tegang pada miss V-nya. Rupanya dia begitu bergairah hingga berusaha untuk memasukkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya.

 

Aku terkejut tapi tidak sanggup untuk menghentikannya karena aku juga merasakan sensasi yang sangat luar biasa saat ujung penisku mulai menyeruak masuk ke dalam lubang vaginanya. Shireen mendesah dan sedikit menggelinjang saat batangku terus tertelan masuk. Tapi karena merasa kesakitan, dia akhirnya membatalkan untuk memasukkannya lebih dalam lagi. Aku yang sudah di puncak birahi, langsung menarik kembali pinggangnya. Kutekan pinggang Shireen ke bawah secara berulang-ulang hingga perlahan- lahan masuklah seluruh batangku menembus kemaluannya, terasa sangat sempit sekali. Shireen tampak meringis kesakitan, tapi tidak menolak. Malah dengan perlahan dia mulai menaik-turunkan pinggangnya.

 

Dalam hati aku berkata, “Ah, kenikmatan yang luar biasa kembali aku dapatkan dari adik iparku tercinta.”

 

Shireen terus menggoyang bokongnya. Terdengar rintihan-rintihan kecil keluar dari mulut manisnya saat penisku terus menghajar lubang vaginanya. Aku hanya bisa menikmati tanpa bisa mengimbangi permainannya yang sangat erotis itu. Setelah hampir dua menit, aku merasakan penisku ingin meledak. Tanpa sempat kucabut, menyemburlah spermaku di dalam liang vagina Shireen, adik iparku. Shireen sendiri tampak tidak mempermasalahkannya, bahkan dia seperti menyukainya karena dia terus menggoyangkan bokongnya. Rupanya dia belum orgasme. Tapi apa daya, aku merasakan ngilu pada kemaluanku, burungku mulai menciut. Saat benda itu akhirnya tidak bisa digunakan lagi, Shireen dengan terpaksa harus mencabutnya. Kembali aku merasa bersalah terhadap dia.

 

“Maafkan kak Irwan, Shireen.” bisikku lembut.

 

“Gak apa-apa, kak. Shireen senang kok melakukannya. Shireen senang melihat kakak bahagia, tapi…” dia menggantung kata-katanya.

 

“Tapi apa, Shireen?” tanyaku.

 

“Tapi.. Shireen belum keluar.” katanya lirih.

 

“Oo… kalau begitu sini, kakak jilat aja.” sahutku.

 

Shireen pun menyodorkan vaginanya ke mulutku. Saat itulah, aku begitu terkejut saat melihat ada noda darah di vaginanya. “S-shireen.. k-kamu masih perawan?” tanyaku tergagap.

 

“Iya, kak.” jawabnya.

 

“Kamu belum pernah ML sama pacar kamu?” tanyaku lagi.

 

“Belum,” Shireen menggeleng. ”Kita cuma sebatas cium dan raba-raba saja. Dengan Wisnu, Shireen sudah berani petting sambil telanjang. Tapi ya cuma sebatas itu, tidak lebih. Shireen cuma mau menyerahkan keperawanan sama orang seperti kakak. Shireen sangat mengidolakan laki-laki seperti kakak, tapi sejauh ini Shireen belum menemukanya.”

 

Mengangguk mengerti, aku pun kembali melanjutkan melumat vagina gadis itu. Meski ada sedikit noda darah, aku tidak mempedulikannya. Malah itu semakin menambah gairahku. Selang beberapa menit kemudian, Shireen mengejang dan kurasakan vaginanya membanjir oleh cairan cintanya. Aku segera menampungnya dengan menggunakan lidahku, dan menelannya habis.

 

Kami pun lemas terdiam. Shireen masih bugil dan berbaring di sampingku sambil memeluku. “Kak, sejak kak Irwan lumpuh, Shireen sangat sedih sekali. Apalagi melihat dari hari ke hari tidak ada perubahan. Sebenarnya Shireen dari dulu mau ngomong, cuman takut kak Irwan tersinggung.”

 

“Mau ngomong apa, Shireen?” tanyaku sambil membelai lembut tonjolan buah dadanya.

 

“Menurutku kakak terlalu malas untuk berlatih berjalan, dan melakukan sesuatu yang bisa melatih kaki kak Irwan supaya bisa normal kembali.” katanya.

 

“Entahlah, Shireen. Kakak sudah merasa putus asa sekali.” jawabku lirih. Kupenceti kedua puting Shireen yang mungil kemerahan.

 

”Bangkitlah, kak. Kak Irwan itu masih muda, masih bisa melanjutkan hidup normal. Shireen siap membantu untuk melatih mas berjalan atau melakukan sesuatu yang bisa membuat kakak sembuh.” katanya.

 

“Baiklah, Shireen. Mulai besok kakak akan berlatih, tapi kamu bantu ya!” kukecup bibirnya yang agak tebal.

 

“Nah, gitu dong, kak. Shireen siap membantu kak Irwan. Akan kulatih semuanya, termasuk melatih itunya kak Irwan supaya gak cepet keluar.“ bisiknya genit. Dia menggenggam batang kemalunku yang sedang tertidur dan meremas-remasnya pelan.

 

Aku pun tersenyum sambil mencubit hidungnya. Shireen lalu memakaikan bajuku kembali setelah dia juga selesai memakai bajunya. Dia kemudian mengantarku kembali ke kamar. Sebelum meninggalkanku, dia mengecup pipiku sebagai rasa sayang. Kubalas dengan meremas buah dadanya pelan.

 

***

 

Hari-haripun berlalu. Dengan telatennya Shireen melatihku berjalan. Banyak motivasi-motivasi yang dia lontarkan terhadapku, berusaha untuk membangkitkan gairah hidupku. Aku merasa nyaman sekali bila berada di sisinya. Shireen begitu dewasa, sangat jauh dari dugaanku yang selalu menganggap dia adalah si kecil yang lucu dan manja. Hubungan ranjang pun terus berlanjut. Shireen memutuskan untuk suntik KB agar tidak hamil. Dia sudah bagaikan istriku sendiri. Saat Zaskia sibuk kerja, Shireen mengajakku jalan-jalan ke Mall agar aku tidak bosen di rumah. Zaskia tidak mencurigainya, dia beranggapan itu hanyalah hubungan biasa antara kakak dan adik ipar.

 

Menginjak bulan ke sepuluh, kondisiku mulai pulih. Aku sudah bisa berjalan dengan tongkat. Permainan seksku pun perlahan pulih, hampir bisa seperti semula. Sementara komunikasiku dengan Zaskia hanya lewat Shireen. Kami jarang bertegur sapa. Aku lalu memutuskan untuk membuka usaha rumah produksi. Kantornya di ruang kecil depan rumahku. Semua modal dari Zaskia. Shireen lah yang menyampaikan rencanaku untuk membuka toko. Zaskia pun menyanggupinya.

 

Setelah dua tahun, usahaku mengalami kemajuan pesat hingga kantor harus diperbesar. Akupun juga sudah bisa berjalan normal meski terkadang masih terasa ada yang sakit di bagian kakiku. Shireen bercerita kalau hubungannya dengan Teuku Wisnu semakin serius dan akan segera menikah. Meski agak berat melepasnya, aku turut bahagia akhirnya Shireen menemukan jodohnya.

 

Dua bulan kemudian dia menikah. Shireen ikut suaminya, tapi masih di kota ini juga. Sempat dia mengatakan kalau aku tidak usah khawatir tentang hubungan ranjang kami karena suaminya sering syuting keluar kota. Shireen masih mau melayaniku kalau ada kesempatan. Hubunganku dengan Zaskia juga berangsur membaik meski hanya sebatas berbicara singkat. Tapi kami tetap pisah ranjang.

 

tamat

 

Tolong jempolnya bro :

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Share

 

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account