Cerita Bokep Nikmatnya Di Jepit Memek Sempit

Cerita Bokep Nikmatnya Di Jepit Memek Sempit

Cerita Bokep Nikmatnya Di Jepit Memek Sempit

Comments Off on Cerita Bokep Nikmatnya Di Jepit Memek Sempit

Cerita Bokep Terbaru – Waktu itu Joko yang masih duduk di perkuliahan. Memiliki teman akrab namanya Novi dia berasal dari Sumatera dan katanya dia masih menumpang di lokasi tinggal tantenya. Kebetulan kegemaran kita sama yakni naik gunung penyuka alam Kita sering bareng kadang aku pun maen kerumahnya. Dan dapat lebih sebab aku pun naksir dengan adik sepupunya namanya Melisa.

Melisa ialah anak dari tante yang rumahnya ditumpangi oleh Novi. Walaupun aku telah akrab dengan keluarganya tante namun aku tak langsung pacari si Melisa. Tapi sekitar perjalanan waktu telah berubah dimana ayah Melisa yang wakil rakyat meninggal dunia.

Jadi Sekarang Ibunya yang mengurus seluruh perusahaan yang dikendalaikan ayah Melisa. Harapanku guna memacari Melisa tetap ada, walaupun ketika aku berangjangsana kerumahnya jarang bertemu langsung dengan Melisa. Justeru Ibunya yang namanya Shirley menemaniku, sebab kesibukannya Melisa yang di Jakarta sedang belajar di sekolah presenter stasiun TV swasta.

Tapi sebenarnya bila mau jujur Melisa masih kalah dengan ibunya. Bu Shirley lebih cantik. Kulitnya lebih putih bersih, dewasa dan tenang pembawaannya. Sementara Melisa agak sawo matang, nurun ayahnya kali? Seandainya Melisa laksana ibunya: tenang pembawaannya, keibuan dan sarat perhatian, baik juga.
Sekarang, di lokasi tinggal yang lumayan mewah itu melulu ada bu Shirley dan seorang pembantu. Novi telah tidak di situ, sedangkan Melisa sekolah di ibukota, paling-paling seminggu pulang. Akhirnya saya di ajak bu Shirley untuk menolong sebagai karyawan tidak tetap mengelola perusahaannya. Untungnya saya memiliki keterampilan di bidang komputer dan manajemennya, yang saya tekuni semenjak SMA.

Setelah memahami manajemen perusahaan bu Shirley kemudian saya menawari program akuntansi dan finansial dengan komputer. Dan bu Shirley setuju bahkan senang. Merencanakan kalkulasi ongkos proyek yang ditangani perusahaannya, dsb.

Saya menyenangi pekerjaan ini. Yang jelas dapat menambah duit saku saya, dapat untuk menolong kuliah, yang saat tersebut baru semester dua. Bu Shirley memberi honor lebih dari lumayan menurut keterangan dari ukuran saya. Pegawai bu Shirley terdapat tiga cewek di kantor, tambah saya, belum tergolong di lapangan.

Saya tidak jarang bekerja sesudah kuliah, sore sampai malam hari, datang menjelang pegawai yang beda pulang. Itupun bila ada proyek yang mesti dikerjakan. Part time begitu. Untuk saya ini melulu kerja sambilan tapi dapat menambah pengalaman.

Karena hubungan kerja antara majikan dan pegawai, hubungan saya dengan bu Shirley semakin akrab. Semula sih biasa saja, lambat-laun laksana sahabat, curhat, dan sebagainya.
Aku tidak jarang dinasehati, bahkan saking akrabnya, bercanda, saya tidak jarang pegang tangannya, menghirup tangan, pasti saja tanpa diketahui teman kerja yang lain. Dan rupanya dia senang. Tapi aku tetap mengawal kesopanan.

Pengalaman ini yang mendebarkan jantungku, betapapun dan siapapun bu Shirley, dia dapat menggetarkan dadaku. Walaupun sudah lumayan umur perempuan ini tetap jelita. Saya kira siapapun orangnya pasti menuliskan orang ini cantik bahkan cantik sekali.

Dasar pandai mengasuh tubuh, sebab ada dana guna itu, rajin fitnees, di lokasi tinggal disediakan peralatannya. Kalau sedang fitnees menggunakan pakaian fitnees ketat paling sedap dipandang. Ini telah saya ketahui semenjak saya SMA dulu, tapi sebab saya kepingin mendekati Melisa, urusan tersebut saya kesampingkan.

Data-data individu bu Shirley saya tahu betul sebab sering menggarap biodata sehubungan dengan proyek-proyeknya. Tingginya 161 cm, usianya saat cerita ini terjadi 37 tahun, lima bulan dan berat badannya 52 kg. Cukup ideal.
Pada sebuah hari saya lembur, sebab ada kegiatan proyek dan paginya mesti didaftarkan guna diikutkan tender. Pukul 22.00 kegiatan belum selesai, namun aku agak terhibur bu Shirley inginkan menemaniku, sambil memeriksa pekerjaanku.

Dia lumayan teliti. Kalau kerja lembur begini ia justeru sering bercanda. Bahkan bila minumanku berakhir dia tidak segan-segan yang menuang kembali, aku justeru menjadi kikuk. Dia tak tak mau pegang tanganku, mencubit, tetapi aku tak berani membalas.
Apalagi bila sedang mencubit dadaku aku sama sekali tidak bakal membalas. Dan yang lumayan surprise tanpa ragu memijit-pijit bahuku dari belakang.

“Capek ya..? Saya pijit, nih”, katanya.
Aku melulu tersenyum, dalam hati senang juga, dipijit janda cantik. Apalagi yang kurasakan dadanya, tentu teteknya menyenggol kepalaku unsur belakang, saya rasakan nyaman juga. Lama-lama pipiku sengaja saya pepetkan dengan tangannya yang mulus, dia diam saja.

Dia menjawab membelai-belai daguku, yang tanpa rambut itu. Aku menjadi lumayan senang. Hampir pukul 23.00 baru berlalu semua pekerjaan, saya mencuci kantor dan masih ditolong bu Shirley. Wah perempuan ini sungguh-sungguh seorang pekerja keras, gumanku dalam hati.
Saya bersiap-siap guna pulang, namun dibuatkan kopi, jadi pulang minum.

“Kamu telah punya pacar jok?”
“Belum Bu”, jawabku
“Masa.., pasti anda sudah punya. Cewek mana yang enggan dengan cowok ganteng”, katanya
“Belum Bu, sungguh kok”, kataku lagi. Kami duduk berdampingan di sofa ruang tengah, dengan penerangan yang agak redup. Entah siapa mulai duluan, tangan kami sudah saling bergandengan dan saling meremas.

Yang jelas semula saya sengaja menyenggol tangannya.
Bu Shirley yang malam tersebut memakai gaun warna hitam dan tidak banyak motif bunga ungu. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih.

Wanita pengusaha ini kian mendekatkan tubuhnya ke arahku. Dalam situasi yang baru aku alami ini aku menjadi paling kikuk dan canggung. Tapi herannya nafasku kian memburu, kejar-kejaran dan bergelora laksana gemuruh ombak di Pelabuhan Ratu. Saya menjadi bergemetaran, dan tak mampu melakukan banyak, meski tanganku tetap memegang tangannya.
“Dingin ya jok..?!”, katanya sendu.

Sementara tangan kiriku ditarik dan memeluk lengan kirinya yang memang tanpa lengan baju itu.
“Ya, Bu dingin sekali”, jawabku.
Terasa dingin, sedangkan tangannya pun merangkul pinggangku. Bau wewanginan semerbak di seKitar, aku duduk, meningkatkan suasana romantis
“Kalau ketahuan Situ (pembantunya), gimana Bu?”, kataku gemetar.

“Situ tidak bakal masuk ke sini, pintunya terkunci”, katanya.
Saya menjadi aman. Lalu aku mengupayakan mengecup kening perempuan lincah ini, dia tersenyum kemudian dia menengadahkan wajahnya. Tanpa basa basi langsung ku cium bibirnya.
Dia menyambut dengan senyuman, kami saling berciuman bibir saling melumat bibir, lidah kami bertemu berburu mencari kesenangan di masing-masing sudut-sudut bibir dan rongga mulut masing-masing. Tangankupun mulai meraba-raba tubuh sintal bu Shirley, diapun tidak kalah meraba-raba punggungku dan bahkan menyusup dibalik kaosku. Aku menjadi semakin terangsang dalam permainan yang estetis ini.

Sejenak kami saling memandang dan tersenyum, karena kami sudah sama sama nafsu.
Kami berangkulan kembali, seakan-akan dua sejoli yang sedang mabuk asmara sedang bermesraan, sebenarnya antara majikan dan pegawainya. Dia mulai mencumi leherku dan menggigit lembut semantara tanganku mulai meraba-raba tubuhnya, kesatu pantatnya, lantas menjalar ke pinggulnya.
“Sejak anda kesini dengan Novi dulu, saya telah berpikir: “Ganteng banget ini anak!””, katanya separuh berbisik.

Ahh bisa aja nih bu kataku meskipun dalam hati wadidawww.
“Saya tidak merayu, sungguh”, katanya lagi.
Kami kian merangsek bercumbu, birahiku kian menanjak naik, dadaku semakin bergetar, demikian pun dada bu Shirley. Diapun nampak bergetaran dan suaranya agak parau.
Kemudian saya beranjak, berdiri dan unik tangan bu Shirley yang agar ikut berdiri. Dalam posisi ini dia saya dekap dengan hangatnya. Hasrat kelakianku menjadi meningkat bangkit dan terasa seakan membelah celana yang saya pakai.

Lalu saya bimbing dia ke kamarnya, laksana kerbau dicocok hidungnya bu Shirley menurut keterangan dari saja. Kami berbaring bareng di spring bed, pulang kami bergumul saling berciuman dan becumbu.
“Gimana bila saya istirahat di sini saja, Bu”, pintaku lirih.
Ia beranggapan sejenak kemudian mengangguk seraya tersenyum. Kemudian dia beranjak mengarah ke lemari dan memungut pakaian seraya menyodorkan untuk saya.
“Ini gunakan punyaku”, dia menyodorkan pakaian tidur.

Lalu aku melorot celana panjangku dan kaos lantas memakai kimononya.
Aku menjadi terlena. Dalam dekapannya aku tertidur. Baru seKitar separuh jam saya terbangun lagi. Dalam situasi begini, jelas aku sulit tidur.
Udara terasa dingin, saya mendekapnya kian kencang. Dia menyusupkan kaki kanannya di selakangan saya. Penisku kian bergerak-gerak, sedangkan cumbuan berlangsung, penisku semakin menjadi-jadi kencangnya, yang sesungguhnya semenjak tadi di sofa.

Aku beranggapan kalau telah begini bagaimana? Apakah saya lanjutkan atau diam saja? Lama aku berfikir untuk menuliskan tidak! Tapi tidak dapat ditutupi bahwa hasrat, nafsu birahiku powerful sekali yang mendorong melonjak-lonjak dalam dadaku bercampur aduk sampai untuk ubun-ubunku.
Walaupun aku diamkan sejumlah saat, tetap saja kejaran libido yang terasa lebih kuat. Memang saya sadar, perempuan yang terdapat didekapanku ialah majikanku, tantenya Novi, mamanya Melisa. Namun sebagai lelaki normal dan dewasa aku pun merasakan kesenangan bibir. Dan rasa perasaan bu Shirley sebagai perempuan yang sintal, cantik dan mengagumkan.

Sedikitnya aku sudah menikmati kehangatannya tubuhnya dan perasaannya, walau pengalaman ini baru kesatu kali kualami.
Aku tak kuasa berkeputusan, dalam situasi seperti ini aku semakin bergemetaran, antara menghindar dan hasrat yang menggebu-gebu. Aku simaklah wajahnya di bawah sorot lampu bed, sengaja saya lihat lama dari dekat. Wajahnya memancarkan penyerahan sebagai wanita, di depan pria dewasa.

Pelan-pelan tanganku menyusup di balik gaunnya, meraba pahanya dia mengeliat pelan, saya tidak tahu apakah dia istirahat atau pura-pura tidur. Aku cium lembut bibirnya, dan dia menyambutnya. Berarti dia tidak tidur. Ku singkap gaun tidurnya lantas kulepas, dia menggunakan beha warna putih dan cedenya pun putih.
Aku menjadi tambah takjub menyaksikan kemolekan tubuh bu Shirley, putih dan estetis banget. Ku mulai meraba raba tubuhnya terutama di bagian toketnya yang gembul. Jari-jari lentiknya menyusup ke balik baju istirahat yang kupakai dan unik talinya pada unsur perutku, kemudian pakaianku terlepas. Kini akupun melulu pakai cede saja.

“Kamu ganteng banget, jok, tinggi badanmu berapa, ya?”, bisiknya. Saya tersenyum senang.
“Makasih. Ada 171. Bu Shirley pun cantik sekali”, mendengar jawabanku, dia melulu tersenyum.
Aku berjuang membuka behanya dengan membuka kaitannya di punggungnya, lantas keplorotkan cedenya sampai-sampai aku semakin takjub menyaksikan keindahan alam yang tiada tara ini. Hal ini menjadikan dadaku semakin bergetar.

Betapa tidak?! Aku berhadapan langsung dengan perempuan tanpa busana yang bertubuh indah, yang sekitar ini melulu kulihat lewat gambar-gambar orang asing saja. photomemek.com Kini langsung meneliti dari dekat sekali bahkan dapat meraba-raba.
Wanita yang sekitar ini saya lihat berkulit putih bersih melulu pada unsur wajah, unsur kaki dan unsur lengan ini, kini tampak seluruhnya tiada yang tersisa. Menakjubkan! Darahku semakin mendidih, menyaksikan pemandangan nan estetis itu.

Di ketika saya masih bengong, pelan-pelan aku melorot cedeku, saya dan bu Shirley sama-sama tak berpakaian. Penisku benar-benar maksimal kencangnya. Kami berdua berdekapan, saling meraba dan membelai. Penisku yang kencang ikut mengelus paha estetis bu Shirley. Sementara tersebut ia membelai-belai lembut penisku dengan tangan halusnya, yang membawa efek nikmat luar biasa.

Tanganku membela-belai pahanya lantas kucium mulai dari lutut merambat pelan ke pangkal pahanya. Ia mendesah lembut. Dadaku kian bergetaran sebab kami saling mencumbu, aku meraba selakangannya, terdapat rerumputan di sana, tidak terlampau lebat jadi enak dipandang.
Dia merintih lembut, saat jemariku menyentuh bibir vaginanya. Mulutku menciumi payudaranya dengan lembut dan mengedot puntingnya yang berwarna coklat kemerah-merahan, lalu menenggelamkan wajahku salah satu kedua susunya.

Sementara tangan kiriku meremas lembut teteknya. Desisan dan erangan lembut hadir dari mulut indahnya. Aku semakin bernafsu meski tetap gemetaran. Tanganku mulai memainkan bagian memeknya yang sudah basah.
Saya penasaran, kemudian kubuka kedua pahanya, lantas kusingkap rerumputan di seKitar kewanitaannya. Bagian-bagian warna pink tersebut aku belai-belai dengan jemariku. Klitorisnya, ku mainkan, mengasyikkan sekali.,,,,,,,,,,

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account